Sabtu 09 Feb 2019 06:10 WIB

Ini Reaksi Penumpang Pesawat Terkait Bagasi Berbayar

Tidak semua orang menyediakan budget buat bagasi ketika naik pesawat LCC.

Rep: mgrol118/ Red: Andi Nur Aminah
Penumpang Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng
Foto: MGrol118
Penumpang Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Penumpang pesawat Lion Air menanggapi layanan bagasi berbayar yang berlaku di maskapai tersebut, Kamis (7/2). Pemberlakuan bagasi berbayar itu dinilai memberatkan penumpang pesawat yang ingin mengurangi biaya pengeluaran dengan menggunakan maskapai kategori low cost carrier (LCC).

Salah satu penumpang pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Jakarta menuju Bandara Sentani, Muhammad Kafka, mengatakan, pemberlakuan bagasi berbayar tersebut diketahuinya saat melakukan pemesanan tiket melalui online. Menurutnya, Lion Air masih belum optimal menyosialisasikan bagasi berbayar. “Awalnya informasi itu saya lihat di kolom komentar ketika sedang pesan tiket online,” ucap Kafka saat ditemui Republika.co.id di Terminal 1 A.

Kafka yang sudah bekerja selama empat tahun pada perusahaan pertambangan di Timika, menyampaikan, saat ini dia tidak terkena tarif bagasi berbayar karena berat barang bawaannya tidak melebihi tujuh kilogram. Dikutip dari pernyataan Humas Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, disampaikan, penumpang hanya mendapat layanan gratis untuk bagasi yang diletakkan di dalam kabin dengan berat maksimal tujuh kilogram dan dimensi ukuran 40x 30x 20 cm. Jika ada penumpang yang melebihi ketentuan tersebut, maka akan dikenakan tarif bagasi berbayar.

Ketika memesan tiket online, Kafka pun mengetahui kalau tarif bagasi berbayar tersebut berbeda-beda sesuai rute penerbangannya. Informasi yang dia dapat dari untuk bagasi berbayar rute penerbangan Bandara Soekarno–Hatta ke Bandara Sentani itu per kilo Rp 88 ribu. “Jelas saya keberatan ya, karena tidak semua orang menyediakan budget buat bagasi ketika naik pesawat LCC,” jawabnya ketika ditanya tanggapan mengenai penetapan tarif.

Menurut Kafka, tujuan penumpang menggunakan pesawat LCCseperti Lion Air yakni untuk mengurangi pengeluaran biaya. “Tapi saat ini malah diberlakukan bagasi berbayar,” ujarnya.

Kafka mengaku setiap tahun minimal empat kali dia pulang ke Bandung untuk menemui keluarganya. Kafka yang memilih keberangkatan pesawat dari Bandara Soekarno- Hatta, Tanggerang karena alasan tidak ada transit menuju Sentani itu mengatakan, banyak masyarakat urban sengaja menggunakan pesawat LCC untuk bisa pulang menemui keluarganya. ”Seharusnya maskapai dan pemerintah memperhatikan itu,” ujarnya.

Kafka menyampaikan pegalaman adiknya yang juga bekerja di Timika. “Adik saya berangkat duluan ke sana. Kebetulan dia saat itu bawa pisang dan talas, untuk itu tarif bagasi berbayar yang dikenakannya hampir Rp 2 juta,” ungkap Kafka.

Kafka, berharap, pemberlakuan ini tidak terjadi di semua maskapai berbiaya rendah. Karena tidak semua penguna pesawat itu untuk liburan, tetapi ada pekerja di luar daerah yang ingin pulang untuk bertemu keluarganya.

 

Menurut Kafka, pemberlakuan bagasi berbayar tersebut dapat berdampak pada kenaikan harga produk Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal itu disampaikannya karena tidak sedikit pelaku usaha yang menggunakan jasa penerbangan untuk mengirim produk usahanya. “Intinya bukan hanya penumpang pesawat yang terkena dampak bagasi berbayar, tapi masyarakat lainnya juga bisa kena dampak kalau harga produk UKM naik,” ungkap Kafka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement