Jumat 08 Feb 2019 01:03 WIB

4 Alasan Debat Capres tak Dongkrak Elektabilitas Paslon

Debat sudah tak menarik sejak awal karena bocoran soal dan tuding-menuding.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan memberikan paparannya pada Rilis Survei Nasional Elektabilitas Capres: Pengalaman Menjelang Hari H (2004-2019) di Jakarta, Ahad (7/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan memberikan paparannya pada Rilis Survei Nasional Elektabilitas Capres: Pengalaman Menjelang Hari H (2004-2019) di Jakarta, Ahad (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Populi Center merilis survei yang menyatakan debat capres dan cawapres pertama pada 17 Januari 2019 lalu tidak mampu menaikkan elektabilitas secara signifikan. Direktur Eksekutif Saeful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan menuturkan, terdapat empat alasan yang menyebabkan debat tak memiliki pengaruh.

Faktor pertama, Hanan menyebut, debat tersebut sudah tidak menarik sejak awal. Ia menuturkan, sebelum debat, sudah muncul berita tak sedap terkait itu, misalnya soal bocoran soal dan tuding-menuding antara timses. "Sehingga, orang yang tadinya tertarik nonton debat jadi tidak tertarik," ujar Hanan, dalam rilis yang digelar Populi Center di Jakarta, Kamis (7/2).

Baca Juga

Faktor kedua, lanjut Hanan, debat tidak berpengaruh karena yang menyaksikan debat itu hanya pendukung solid dari masing-masing paslon yang sudah terkelompok sejak lama. Hal ini pun tak lepas dari format debat yang dicap tidak menarik sejak awal sehingga orang yang masih floating atau belum menentukan pilihan tetap tidak tergerak pasca diselenggarakannya debat. 

Faktor ketiga, Hanan mempermasalahkan rentang debat yang terlalu jauh. Ia merujuk pada debat capres dan cawapres pada 2014 yang berjarak sepekan, dan penyelenggaraan debat menjelang hari pencoblosan pilpres. 

Namun, tahun ini, ia menilai, jarak antardebat terlalu lama, serta masih terlalu jauh dari hari pemilu. Jarak tersebut berimbas pada pengaruh konten debat tidak melekat dalam benak para pemilih. Dalam waktu berbulan bulan, pemilih sudah terpapar isu-isu lain, sehingga pengaruh debat mudah hilang dan tak memengaruhi elektabilitas paslon.

Faktor terakhir, Hanan menyebutkan, debat tidak berpengaruh pada elektabilitas karena tiap paslon memang menunjukkan penampilan yang biasa saja. Para paslon dinilai kurang mengelaborasi dan kurang memanfaatan kekuatan maupun kelemahan masing-masing.

Untuk itu, Hanan menyarankan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) perlu memberikan semacam pengantar atau teaser bahwa debat akan berjalan menarik. Teaser itu, kata dia, bisa dikemas dengan menarik memuat isu uang diusung paslon. 

"Kayak semacam pemanasan misal isu tentang ekonomi infrastruktur, bisa dari paslon, tapi tetap substantif," ujar dia. Selain itu, KPU juga disarankan mengubah format debat. 

Survei dilakukan Populi Center dengan 1486 responden, dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margon of error 2.53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement