REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Cuaca buruk yang melanda perairan utara Kabupaten Karawang, berdampak pada menurunnya hasil tangkapan nelayan. Penurunan hasil tangkapan itu, mencapai 50 persen dari hari normal. Selain itu, nelayan harus cermat dalam membaca tanda alam. Sebab, cuaca buruk ini bisa mengancam keselamatan.
Wakil Ketua DPD HNSI Kabupaten Karawang, Sahari, mengatakan, cuaca buruk ini terjadi sejak sebulan terakhir. Nelayan Karawang yang mayoritas mencari udang serta rajungan, harus berpacu dengan kondisi alam. Jangan sampai, saat melaut nelayan terjebak dalam situasi yang buruk.
"Kalau sedang melaut, tiba-tiba langit berubah dari terang ke gelap, buru-buru para nelayan pulang ke daratan," ujarnya, kepada Republika, Selasa (5/2).
Sebab, jika tak diantisipasi, cuaca buruk bisa mengancam keselamatan nelayan. Karena kondisi ini, lanjut Sahari, aktivitas nelayan jadi terdampak. Begitu pula dengan hasil tangkapannya.
Biasanya, dalam sehari nelayan bisa menangkap udang empat kilogram, saat ini hanya dua kilogram. Hal itu, dikarenakan waktu untuk menangkap ikan dan udangnya semakin sempit. Karena, kondisi cuaca.
Meskipun ada penurunan hasil tangkapan, sambungnya, belum berimbas pada harga ikan dan udang. Untuk harga, masih relatif stabil. Yakni, udang harganya mencapai Rp 75 ribu per kilogram. Sedangkan harga rajungan Rp 50 ribu per kilogram dalam kondisi mentah.
"Tetapi, nelayan kami masih bisa melaut. Meskipun harus kucing-kucingan dengan perubahan cuaca," ujarnya.
Sementara itu, Wardita (56 tahun) nelayan asal Kampung Pasir Putuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, membenarkan bila saat ini aktivitas nelayan terkendala cuaca. Jadi, jika pagi-pagi sudah mendung, nelayan pergi ke lautnya siang sampai sore hari. Sebaliknya, bila siang hari di laut angin sudah kencang dan gelombang tinggi, nelayan akan segera pulang.
"Tapi, alhamdulillah, kami masih di beri rezeki, meskipun hasilnya berkurang dari hari normal," ujarnya.