Selasa 15 Apr 2025 18:42 WIB

BMKG Sebut Bulan Ini Masih Rawan Hujan Lebat dan Cuaca Ekstrem

Masyarakat diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan.

Warga melewati jalan kawasan permukiman yang terendam banjir di Kenali Besar, Jambi, Ahad (30/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Warga melewati jalan kawasan permukiman yang terendam banjir di Kenali Besar, Jambi, Ahad (30/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem yang masih tinggi di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang bulan April ini.

Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, periode tersebut masih berada dalam rentang musim siklon tropis di belahan selatan yang berlangsung dari November hingga April ini.

Baca Juga

Secara klimatologis, kondisi itu turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan, terutama di wilayah timur dan selatan Indonesia. “Jadi selama sepekan ke depan, wilayah Indonesia berpotensi dipengaruhi oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang diprediksi aktif di Samudera Hindia barat Sumatera, Papua Selatan, dan Laut Arafura bagian selatan," kata Andri, Selasa (15/4/2025).

Ia menjelaskan, kombinasi MJO dengan gelombang atmosfer lainnya seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang Low Frequency diprediksi memengaruhi sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah hingga timur. Kombinasi fenomena tersebut meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik.

BMKG juga memantau pertumbuhan dua bibit siklon tropis, yakni 96S dan 97S. Dia menjelaskan bahwa Bibit Siklon Tropis 96S diperkirakan mengalami penguatan dalam 48 hingga 72 jam ke depan dengan kecepatan angin lebih dari 35 knot dan pergerakan ke arah barat hingga barat daya menjauhi wilayah Indonesia.

"Potensinya untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada pada kategori sedang hingga tinggi," kata Andri.

Sementara itu, ia menambahkan bahwa Bibit Siklon Tropis 97S terpantau stasioner di sekitar Laut Arafura dengan potensi perkembangan menjadi siklon tropis dalam 24 hingga 72 jam ke depan masih berada dalam kategori rendah.

Selain bibit siklon, sirkulasi siklonik juga terpantau oleh BMKG sedang berada di perairan selatan Banten, Laut Natuna, dan Papua Selatan bagian selatan.

Kondisi tersebut, kata dia, mampu membentuk daerah perlambatan kecepatan angin yang memanjang dari Samudera Hindia barat Banten hingga barat Lampung serta di Laut Cina Selatan, sekaligus membentuk daerah pertemuan angin dari Samudera Hindia hingga Laut Jawa bagian barat.

Labilitas atmosfer yang kuat dan mendukung proses konvektif skala lokal terpantau di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, berbagai wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, serta wilayah Papua.

Dengan demikian, BMKG memetakan kondisi cuaca di sejumlah daerah berpotensi mengalami hujan dan cuaca ekstrem untuk beberapa hari ke depan, setidaknya periode 15-21 April.

Pada periode 15–17 April 2025, BMKG mendeteksi cuaca di Indonesia umumnya didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Namun, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Sementara daerah yang berpotensi diterpa angin kencang meliputi Maluku dan Papua Selatan.

Kemudian pada periode 18–21 April 2025, kondisi cuaca relatif sama, dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat di wilayah Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat, Papua Pegunungan, dan Papua.

Sementara daerah yang berpotensi diterpa angin kencang meliputi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

"Masyarakat diharapkan terus memperbarui informasi cuaca dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca signifikan, serta memperbaiki kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal untuk meminimalkan on risiko bencana hidrometeorologi," kata Andri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement