Ahad 13 Apr 2025 13:49 WIB

Cuaca Ekstrem di India dan Nepal Tewaskan 100 Orang Lebih

Kondisi ini tidak lazim mengingat musim hujan di India baru tiba bulan Juni.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
(Ilustrasi) Pekerja membersihkan genangan air yang merendam area sekolah di Mumbai, India, Senin (8/7/2024).
Foto: AP Photo/Rafiq Maqbool
(Ilustrasi) Pekerja membersihkan genangan air yang merendam area sekolah di Mumbai, India, Senin (8/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Lebih dari 100 orang dilaporkan tewas akibat hujan deras yang melanda sebagian wilayah India dan Nepal sejak Rabu (9/4/2025). Informasi ini disampaikan oleh Departemen Meteorologi India (IMD), yang juga mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah India.

Bencana yang terjadi meliputi gelombang panas di wilayah barat, serta hujan lebat disertai petir di India bagian timur dan tengah. Kondisi ini tidak lazim mengingat musim hujan di kawasan tersebut umumnya baru dimulai pada Juni.

Baca Juga

Menurut laporan Departemen Penanggulangan Bencana di negara bagian timur India pada Sabtu (12/4/2025), setidaknya 82 orang meninggal dunia akibat kejadian terkait hujan di Bihar. Sementara itu, sekitar 18 korban jiwa lainnya tercatat di Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India, akibat peristiwa serupa.

Badan Bencana Nasional Nepal juga melaporkan adanya delapan korban jiwa akibat sambaran petir dan hujan deras di negara tersebut. IMD memprediksi bahwa hujan disertai petir dan angin kencang masih akan terus terjadi hingga Senin (14/4/2025).

Di sisi lain, gelombang panas yang melanda India pada bulan-bulan musim panas sebelumnya juga telah menyebabkan sejumlah kematian. Bahkan, IMD telah memprediksi pekan lalu bahwa suhu di bulan April tahun ini akan jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu pada bulan April sebelumnya.

Sebagai konteks, pada musim panas bulan Juni tahun lalu, India mencatat lebih dari 40.000 kasus sengatan panas (heatstroke) yang menyebabkan lebih dari 100 kematian. Fenomena panas ekstrem juga melanda jutaan orang di berbagai wilayah Asia pada musim panas tahun lalu. Para ahli meyakini bahwa peningkatan suhu ini merupakan dampak dari pemanasan global yang dipicu oleh perubahan iklim akibat aktivitas manusia.

Tahun lalu, suhu udara di wilayah utara India sempat menembus angka 50 derajat Celsius dalam gelombang panas terpanjang yang pernah tercatat. Kondisi ini bahkan menyebabkan burung-burung berjatuhan dari langit akibat panas yang ekstrem. Rumah sakit-rumah sakit juga melaporkan peningkatan signifikan jumlah pasien yang menderita penyakit terkait panas, baik siang maupun malam hari.

Data dari Kementerian Kesehatan India mencatat lebih dari 40.000 kasus heatstrokedan 110 kematian terkait panas dalam periode 1 Maret hingga 18 Juni 2024. Wilayah barat laut dan timur India mencatat jumlah hari dengan gelombang panas dua kali lipat dari biasanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement