Jumat 01 Feb 2019 18:03 WIB

Radar Pendeteksi Tsunami Bantuan Jepang Segera Dipasang

Alat tersebut dipasang di Purworejo dan Bantul

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Esthi Maharani
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati
Foto: dok. Humas BMKG
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan segera memasang radar pendeteksi tsunami di dua titik, yakni Purworejo, Jawa Tengah dan Bantul, Yogyakarta. Pemasangan ini merupakan kerja sama BMKG dengan korporasi Jepang, PT JRP.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, pemasangan radar ini akan dimulai pada tahun 2019. Menurut dia, alasan dipasangnya radar di Purworejo dan Bantul karena kedua titik itu berdekatan dengan bandara baru Kulonprogo yang berada di zona tsunami.

"Radar ini untuk mendeteksi kecepatan tsunami seberapa cepat dan diharapkan dapat peringatan dini dengan sirine atau dengan mekanisme informasi digital agar masyarakat dapat mengevakuasi diri," kata Dwikorita usai menemui Dewan Perwakilan Rakyat RI di Kompleks Parlemen, Jumat (1/2).

Dwikorita menjelaskan, pemasangan radar ini membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun. Setelah dipasang, BMKG akan melakukan uji kelayakan dan evaluasi terlebih dahulu. Kajian juga akan dilakukan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman.

Kemudian, radar ini akan dikembangkan dalam kurun waktu dua hingga tahun. Dalam kurun waktu tersebut, BMKG akan melakukan evaluasi penambahan teknologi lapisan sensor. Sensor yang berlapis ini bertujuan agar sensor dapat melakukan deteksi bila sensor lainnya mengalami kerusakan.

Menurut Dwikorita, pemasangan ini merupakan tahap uji coba teknologi baru yang merupakan hibah jepang. Pembahasan sudah dilakukan sejak 2018. Penyesuaian teknologi dilakukan bersama pakar berbagai universitas dan lembaga pemerintah.

Bukan hanya sekedar hibah, lanjut Dwikorita, Jepang pun diminta untuk melakukan transfer pengetahuan pada para ahli yang mengopersikan radar pendeteksi tsunami itu.

"Jadi kita tidak hanya sekedar mendapat bantuan alat tapi ada teknologi transfer ke BMKG Indonesia dan yang lebih penting mengembangkan dari alih teknologi tadi," kata mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement