REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Berbagai kegiatan yang biasa dilaksanakan di Masjid Jogokariyan berjalan seperti biasa. Walau tampak sejumlah anggota TNI berjaga, aktivitas Masjid Jogokariyan tetap ramai dipenuhi jamaah.
Kerumunan jamaah masih tampak jelas dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan ibadah. Mulai shalat subuh, dzuhur dan ashar, semuanya tampak tetap diramaikan jamaah usai keributan yang terjadi pada Ahad (27/1) lalu.
Tidak ada rasa khawatir yang terlihat dari wajah jamaah. Pria maupun wanita, tua maupun muda, semuanya tampak begitu biasa memadati setiap sudut masjid ketika pelaksanaan shalat.
Namun, obrolan-obrolan tentang kejadian dua hari lalu memang menjadi topik utama. Saat melepas atau memakai sepatu, atau saat memanaskan kendaraan, percakapan hampir semua orang memang didominasi kejadian tersebut.
Obrolan itu meluas ke warung-warung makan sekitar. Warung minuman dingin sampai warung nasi ayam tetap diisi percakapan tentang kejadian yang oleh beberapa jamaah disebut mencekam tersebut.
"Medeni (menakutkan), tiba-tiba wae (saja) berisik motor, dadine wong kabeh ke luar to (jadinya semua orang ke luar) kan," kata salah seorang jamaah yang tengah membeli minuman seduh dingin di salah satu warung, Selasa (29/1) siang.
Meski begitu, semua aktivitas berjalan sangat normal. Seperti hari-hari biasa, pelaksanaan shalat wajib di masjid yang kerap menjadi teladan masjid-masjid lain di Indonesia ini dipenuhi jamaah.
Kendaraan, baik yang roda empat maupun roda dua, memenuhi lokasi parkir tidak cuma yang ada di halaman masjid, tapi sekitaran masjid. Jamaah, baik yang merupakan warga sekitar maupun dari luar, memenuhi saf-saf yang ada.
Terkait kejadian Ahad lalu, seperti yang telah disampaikan tokoh-tokoh Masjid Jogokariyah seperti Ustaz Jazir ASP dan Ustaz Salim A Fillah, Takmir diwakili Ustaz Fanni Rahman sudah berinisiatif melaksanakan mediasi secepatnya.
Mediasi, bahkan sudah dilakukan dengan tokoh PDIP Kecamatan Mantrijeron, Junianto Budi Purnomo, sebelum masyarakat ramai membicarakan. Mediasi itu telah membuahkan kesepakatan positif.
Melalui surat bermaterai, pihak konvoi PDIP diwakili Junianto, resmi meminta maaf kepada pihak Masjid Jogokariyan. Junianto turut menyatakan kesanggupan mendatangkan Kristiono alias Kelinci, yang disebut melakukan penimpukan.
"Demikian pernyataan Takmir Masjid Jogokariyan sejelas-jelasnya, sesuai fakta dari hasil mediasi yang telah ditandatangani di atas materai dan disaksikan Camat, Kapolsek, Danramil dan Bawaslu Kecamatan Mantrijeron," tulis Salim di akun Instagramnya @salimafillah.
Ketua DPD PDIP DIY, Bambang Praswanto, mempersilakan saja untuk melaporkan ke Polisi jika ada bukti terjadinya pelemparan batu ke masjid. Ia telah pula membenarkan jika orang yang dimaksud merupakan kader PDIP.
Ia menekankan, pernyataan itu dikeluarkan sebagai bukti DPD PDIP DIY akan taat hukum yang berlaku. Tapi, Bambang menekankan, mereka tetap akan menunggu hasil penyelidikan Polisi terkait itu.
"Tapi kalau ada bukti diserahkan saja, diproses secara hukum, kami sepenuhnya taat hukum," kata Bambang di Kantor DPD PDIP DIY.
Senada, Wakapolda DIY, Brigjen Pol Bimo Anggoro, turut mengomentari kabar jika ada ancaman-ancaman yang diterima rekan-rekan media saat bentrokan terjadi. Ia mempersilakan jika ada pihak-pihak yang mengalami ancaman untuk melapor.
"Kalau diancam itu termasuk 335 kan, kalau kamu merasa diancam lapor ke Polisi siapa yang ancam, biar kita proses secara hukum," ujar Bimo yang ditemui di Grand Keisha Hotel, Senin (28/1).
Bicara tentang Masjid Jogokariyan, tidak bisa dilepaskan dari prestasinya yang luar biasa. Masjid Jogokariyan, pada 2016 misalnya, menjadi masjid besar percontohan tingkat nasional kategori idarah dari Kementerian Agama.
Pada 2017, Masjid Jogokariyan bisa dibilang menjadi rujukan utama masjid-masjid seluruh Indonesia soal manajemen keuangannya. Tidak heran, masjid ini hampir setiap hari menerima kunjungan DKM-DKM masjid berbagai penjuru tanah air.
Tahun lalu, Masjid Jogokariyan mendapat penghargaan dari Gerakan Indonesia Beradab (GIB) mewakili institusi sosial dengan pengaruh kepemimpinan dan kaderisasi sosial. Penghargaan itu diraih bersama tokoh-tokoh besar Indonesia.
Ada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, BJ Habibie, Gus Solah dan organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Selain penghargaan, kajian-kajian yang digelar begitu memikat.
Tidak cuma siang atau malam, kajian-kajian subuh atau shalat subuh berjamaah Masjid Jogokariyan terus diramaikan jamaah. Tidak heran, hingga hari ini, Masjid Jogokariyan menjadi teladan hampir semua masjid yang ada di Indonesia.