REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyambut baik kesertaan santri dalam program pemerintah. Sebab, itu artinya santri mulai mendapat perhatin dari pemerintah.
Selama ini, kata Uu, santri khususnya santri salafi tidak memiliki induk di pemerintahan, lantaran tidak berada di bawah naungan Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penerimaan bantuan. Namun kini, Kementerian Pertanian menggandeng para santri untuk turun ke sektor pertanian.
"Oleh karena itu, saya mendaulat Pak Mentan Andi Amran ini sebagai Bapak Santri Nasional," ujarnya dalam acara Launching Santri Tani Milenial di Lapangan Pasar Munding, Desa Kamulyaan, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya pada Jumat (25/1).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan ke area pertanian Pondok Pesantren Miftahul Huda di Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (25/1).
Santri kini masuk dalam nomenklatur APBN
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan pondok pesantren seluruh Indonesia tersebut Kementan memberikan bantuan secara langsung benih unggul untuk padi, jagung dan tanaman hortikultura. Untuk kawasan Priangan Timur, Uu menambahkan, Kementan memberi 102 ekor sapi, 500 ekor kambing/domba dan 10 ribu ekor ayam, serta bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa 10 hand traktor.
Uu berharap, sinergi ini mampu membuat santri semakin maju dan semakin terdepan dalam segala aspek. Kabupaten Tasikmalaya dipilih sebagai lokasi peluncuran gerakan santri tani milenial karena selain memiliki banyak pesantren, juga merupakan sentra pertanian produktif.
Tahun 2017, Tasikmalaya memiliki luasan lahan untuk pertanaman padi sebesar 128.589 hektare dan lahan kering untuk pertanaman sayuran sebesar 26.570 hektare. Produksi padi di Kabupaten Tasikmalaya pada periode tersebut sebesar 823.818 ton sementara sayuran bervariasi sesuai dengan komoditasnya.
Bwrdasarkan Data Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Gerakan Petani Milenial ini sendiri melibatkan satu juta petani milenial yang tergabung dalam 40 ribu kelompok petani. Mereka tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dimulai dari Aceh sampai ke Papua, dan dibagi dalam zona kawasan jenis komoditas pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
"Jumlah petani milenial setiap provinsi berbeda-beda berdasarkan jumlah petani yang tergolong ke dalam usia milenial yaitu, 19 – 39 tahun. Atau, petani yang tidak berada dalam range umur tersebut, tetapi berjiwa milenial, tanggap teknologi digital, tanggap alsintan, dan mempunyai lahan," kata Kepala BPPSDMP Momon Rusmono.