Jumat 25 Jan 2019 14:10 WIB

Satgas TNI Kebut Pembangunan Huntara di Lombok

Dikebutnya pembangunan huntara mengingat musim hujan yang mulai ekstrem.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Seorang perempuan melintas dekat bangunan Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun warga korban gempa secara swadaya di Desa Kerandangan, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Senin (10/12/2018).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang perempuan melintas dekat bangunan Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun warga korban gempa secara swadaya di Desa Kerandangan, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Senin (10/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Danyon 742/SWY Letkol Inf Agus P. Doni selaku Dansubsatgas I Satgas Opster TNI mengatakan Satgas Opster TNI harus maksimal dengan pencapaian sasaran fisik pembangunan rumah hunian sementara (Huntara), baik di wilayah Kabupaten Lombok Barat maupun di Kabupaten Lombok Utara mengingat batas waktu sudah ditentukan.

"Melihat kondisi cuaca seperti saat ini dan beberapa hari ke depan sudah mulai ekstrem dengan hujan dan angin yang cukup kencang, beberapa wilayah juga terjadi banjir mempengaruhi proses percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi," kata Doni di Mataram, NTB, Jumat (25/1).

Doni menambahkan, personel Satgas harus memacu diri untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran dan tanggung jawab yang diberikan. Ia juga menekankan anggota Satgas memanfaatkan waktu secara maksimal dalam melaksanakan tugas operasi dengan tetap mengedepankan keamanan dan keselamatan serta kesehatan sehingga proses percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi, khususnya pembangunan huntara selesai tepat waktu.

"Jangan jadikan kondisi cuaca sebagai alasan untuk kendor, namun sebaliknya menjadi motivasi panggilan tugas membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena dampak gempa," ucap Doni. 

Doni menjelaskan hasil pencapaian secara umum pembangunan huntara di wilayah Gunungsari, Lombok Barat, terdapat empat titik sudah mencapai 15 persen dan tiga titik di Lombok Utara sudah mencapai sekitar 20 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement