Jumat 25 Jan 2019 06:47 WIB

Ahok Ingin Jadi Pengusaha Tambang? Ini Pesan Sandiaga Uno

Bisnis pertambangan adalah usaha yang memerlukan rasa nasionalisme yang tinggi.

Rep: Febrianto Adi Saputro / Red: Andi Nur Aminah
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat mengurus administrasi pembebasan dirinya di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (24/1).
Foto: Instagram/@basukibtp
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat mengurus administrasi pembebasan dirinya di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah rencana telah disiapkan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok usai keluar dari Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Salah satunya ialah keinginan BTP untuk menjadi pengusaha tambang.

Mendengar itu, Sandiaga menyampaikan sejumlah pesan-pesan untuk BTP yang berencana menggeluti dunia pertambangan. Menurutnya dalam menjalani bisnis tambang, diperlukan seorang yang ulet. Sosok ulet tersebut menurutnya sudah ada di dalam diri Ahok. "Dan pengusaha tambang yang komit pada Pasal 33 UUD 1945," pesan Sandiaga di Jakarta, Kamis (24/1).

Baca Juga

Sebagai contoh di Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 di antaranya berbunyi 'Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat'. Oleh karena itu menurutnya bisnis pertambangan adalah usaha yang memerlukan rasa nasionalisme yang tinggi.

Kuasa hukum Ahok, Teguh Samudera menyebutkan rencana bisnis minyak tersebut sudah direncanakan sejak lama. "Setelah bebas nanti, Pak Ahok kemungkinan akan menekuni bisnis perdagangan minyak seperti yang waktu itu pernah didiskusikan," kata Teguh yang menyebut pihaknya sedang mencari kantor di sekitar Bundaran HI, Selasa (22/1).

"Kantornya tidak terlalu besar tapi yang cukup untuk beraktivitas," ujarnya. Untuk rencana menjadi pembawa acara talk show, Teguh mengaku kliennya tersebut akan menjalani kontrak dengan salah satu stasiun televisi swasta.

Terkait dengan kemungkinan kliennya masuk ke dunia politik, Teguh belum bisa memastikan hal tersebut. Dia mengatakan, semua itu tergantung situasi dan kondisi.

"Soal politik, jika sudah pada waktunya dan kembali diperlukan untuk kepentingan nasional, demi bangsa dan negara, beliau tentu akan taat dan tidak akan menolak untuk kembali ke kancah politik," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement