REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Sejumlah petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah kini mulai kembali menggarap lahan pertanian. Hampir tiga bulan pascagempa 7,4 SR yang terjadi 28 September 2018, lahan diterlantarkan pemiliknya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sigi, Mulyadi mengatakan sebagian petani yang terdampak bencana alam, sudah kembali mengolah lahan pertanian untuk menopang kehidupan keluarga mereka.
Memang, kata dia, belum semua petani yang sudah kembali mengolah lahan untuk ditanami berbagai komoditi pertanian dan horikultura.
"Tapi sudah cukup banyak yang menggarap lahanya," kata dia, Senin (21/1).
Mulyadi mengatakan petani di sejumlah desa di Kecamatan Sigibiromaru terlihat kembali membajak lahan pertanian. Tetapi bukan untuk ditanami padi, sebab jaringan irigasi yang rusak diterjang gempabumi hingga kini belum juga diperbaiki pemerintah.
Karena tidak ada air, maka petani menanam berbagai komoditi lain seperti jagung,kedelai, ubi-ubian, sayur-mayur, tomat,cabai, terong,kacang panjang dan bawang merah.
Kecamatan Sigibiromaru selama ini menjadi sentra produksi komoditi hortikultura. Sebagian hasil panen petani biasanya dipasarkan keluar daerah seperti Kalimantan Timur, Jawa, Gorontalo dan Manado.
Namun selama kurun tiga bulan pasca bencana alam gempabumi , banyak lahan yang terlantar tidak digarap petani. "Baru sekarang ini petani mulai lagi menggarap lahan mereka," ujarnya.
Subhan,seorang petani di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi membenarkan lahan pertanian di wilayah itu sudah mulai diolah lagi petani untuk ditanami berbagai komoditi pangan dan sayuran.
"Kalau untuk menanam padi belum, sebab jaringan irigasi rusak total diterjang gempabumi dan belum diperbaiki pemerintah," kata dia.
Karena itu, petani memilih menanam beberapa komoditi jangka pendek yang tidak memerlukan banyak air.
"Yang penting ada hujan," katanya.