Sabtu 19 Jan 2019 12:33 WIB

Pedagang: Isu Harga Pangan Mahal Rugikan Pasar Tradisional

Pedagang pasar tradisional merasa terganggu dengan isu harga pangan mahal.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Aktivitas pasar tradisional
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Aktivitas pasar tradisional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pedagan pasar mengaku terganggu dengan isu harga pangan mahal, yang kerap dilontarkan saat kampanye pemilihan presiden (pilpres) 2019. Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid Arsad mengatakan, pernyataan-pernyataan salah satu pasangan calon presiden (capres)-cawapres akan mahalnya harga pangan justru mengkhawatirkan para pedagang kecil.

"Harga barang jualan pedagang nantinya dianggap sama mahalnya dengan harga barang di ritel modern yang ada di mal hingga pada akhirnya masyarakat pun malas belanja ke pasar tradisional," kata Abdul Rosyid saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di Pasar Cakung, Jakarta Timur.

Abdul Rosyid mengatakan, Cawapres Sandiaga Uno kerap membuat pernyataan yang menyatakan harga bahan-bahan pokok di pasar tradisional sangat mahal. Menurutnya, isu yang dilontarkan itu justru memojokkan para pedagang pasar tradisional, dan menguntungkan peritel mal besar. Sebab masyarakat jadi enggan berbelanja di pasar tradisional dan memilih berbelanja di pasar modern, karena merasa harga pangan sama saja.

Dalam kesempatan itu, Abdul sekaligus membantah jika harga pangan di pasar tradisional telah membengkak. Lebih lanjut, dia mengatakan, isu yang dilontarkan Sandi menjadi metode penghancuran pasar tradisional ke modern. "Pasar sepi akibat omongan Sandiaga Uno bahwa harga bahan pokok di pasar mahal. Pedagang pasar membantah ini," tegasnya.

Menaggapi keluhan tersebut, Hasto meminta pars pedagang untuk tetap tenang. Dia mengatakan, pasar seharusnya ditata sebagai basis perekonomian rakyat dan juga tulang punggung wisata. Bersamaan dengan itu, dia menyampaikan jika salah satu fokus utama Jokowi-Ma'ruf adalah penataan ekonomi rakyat dimulai dari pasar tradisional. Dia mengatakan, Jokowi dan Ma'ruf merupakan seorang pemimpin yang muncul dari golongan bawah.

"Mereka bertekad menjadikan Jakarta jadi Ibu Kota yang membanggakan kita bersama dan diukur dari peradabannya, diukur dari kebudayaannya, diukur dari penataan pasarnya," kata Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement