Rabu 16 Jan 2019 21:36 WIB

Pasien Tiga Penyakit Kritis Ini Sebaiknya Ikut Asuransi

Nasabah dapat memanfaatkan uang perlindungannya untuk membantu biaya pengobatan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, dr Sukono Djojoatmodjo, mengataka, para penderita penyakit kritis seperti stroke, kanker, dan jantung sebaiknya mengikuti program asuransi.
Foto: Foto: Arie Lukhardianti
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, dr Sukono Djojoatmodjo, mengataka, para penderita penyakit kritis seperti stroke, kanker, dan jantung sebaiknya mengikuti program asuransi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penyakit tidak menular (PTM), saat ini, menjadi penyebab 73 persen kematian di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan, prevalensi berbagai PTM seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, dan hipertensi mengalami kenaikan. 

Kenaikannya, yakni hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen, prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronis naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen dan prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen. 

Menurut Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, dr Sukono Djojoatmodjo, para penderita penyakit kritis seperti stroke, kanker, dan jantung sebaiknya mengikuti program asuransi. "Tiga penyakit yang menyebabkan kematian adalah stroke, kanker dan jantung. Stroke, itu tingkat kecacatannya tinggi maka salah satu cara untuk memproteksi diri dengan ikut asuransi," ujar Sukono Djodoatmodjo disela-sela peluncuran PRUCritical Benefit 88 di Sasana Budaya Ganesha Bandung, Rabu (16/1).

Menurut Sukono, saat ini, stroke menjadi salah satu penyakit yang diurus oleh dunia sehingga ada yang namanya Hari Struk Dunia yang diperingati setiap tanggal 29 Oktober setiap tahunnya. Bahkan, stroke sering disebut sebagai pembunuh tiba-tiba atau silent killer dan karena gejalanya tiba-tiba maka serangannya datang tanpa permisi dan gejala yang tak disadari.

"Jadi seseorang awalnya sehat bugar ketika terserang stroke bisa lumpuh seketika bahkan hingga tak sadarkan diri," katanya.

Belum lagi, biaya pengobatan penyakit stroke lumayan tinggi. Terlebih, jika tidak memiliki materi yang cukup banyak untuk pengobatannya menyebabkan kebangkrutan. "Sehingga saya mengapresiasi Prudential yang menyediakan layanan asuransi untuk mencegah penyakit kritis ini," kata dia.

Sementara menurut Chief Agency Officer Prudential Indonesia, Premraj Thuraisingam, untuk melindungi pasien dan keluarganya dari dampak keuangan akibat penyakit kritis, Prudential Indonesia meluncurkan PRUCritical Benefit 88. Karena, berjuang melawan penyakit kritis sangat menguras emosi serta fisik pasien dan keluarganya dan dapat mengganggu perencanaan keuangan. 

Melalui PRUCritical Benefit 88, kata dia, Prudential berharap dapat memberikan ketenangan pikiran pada nasabah dan keluarganya. Nasabah dapat memanfaatkan uang perlindungannya untuk membantu biaya pengobatan rumah sakit, dan juga biaya hidup. 

Produk ini, kata dia, melengkapi portofolio solusi kesehatan dan proteksi Prudential. Karena, Prudential terus melayani kebutuhan nasabah yang terus berubah. 

"Kami percaya PRUCritical Benefit 88 dapat menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi dan mengelola dampak keuangan yang ditimbulkan oleh penyakit kritis," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement