Selasa 15 Jan 2019 15:19 WIB

Bibit Pohon untuk Lahan Kritis di DAS Citarum Masih Kurang

Diperlukan 125 juta pohon untuk menanami hulu dan di DAS kiri dan kanan Citarum.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi sampah yang menumpuk di Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018). Data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat mencatat setiap harinya Sungai Citarum menerima 1.500 ton sampah baik sampah rumah tangga maupun limbah industri.
Foto: Raisan Al Farisi/Antara
Kondisi sampah yang menumpuk di Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018). Data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat mencatat setiap harinya Sungai Citarum menerima 1.500 ton sampah baik sampah rumah tangga maupun limbah industri.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Tri Soewandono mengungkapkan kebutuhan bibit pohon untuk ditanam di lahan kritis di hulu dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mencapai 125 juta bibit pohon. Sementara, saat ini bibit pohon yang sudah tersedia baru mencapai 1,4 juta lebih dan yang sudah ditanam baru 700 ribu lebih pohon.

"Kita perlu 125 juta pohon untuk menanami hulu dan di DAS kiri dan kanan Citarum. Bibit yang ada 1.4 juta lebih dan kurangnya 123 juta," ujarnya saat acara evaluasi satu tahun program Citarum Harum di Graha Manggala Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (15/1).

Menurutnya, upaya yang dilakukan untuk menambah bibit pohon dengan melakukan kerjasama bersama yayasan Budi Asih untuk penyediaan bibit. Kemudian, melakukan penanaman langsung serta sosialisasi kepada masyarakat.

Ia menuturkan, beberapa kendala yang dihadapi selama satu tahun terakhir program Citarum Harum diantaranya adalah belum adanya dukungan serta sinergitas dari instansi terkait. Serta kendala penanaman di lahan kritis dengan tingkat kemiringan yang ekstrim.

Dirinya menambahkan, kendala yang dihadapi sepanjang DAS Citarum adalah masih terbatasnya tempat pembuangan sampah sementara (TPS) serta Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Termasuk keterbatasan alat angkut sampah di pemukiman warga.

Tri mengatakan, meski masih banyak kendala sepanjang 2018 program Citarum Harum dianggap sudah berjalan baik dan memiliki hasil yang lumayan. Pihaknya akan terus merangkul dan memberdayakan masyarakat untuk mendukung program Citarum Harum.

Dirinya mengungkapkan, pada 2019 sebanyak 3050 anggota TNI akan dilibatkan dalam program tersebut. Termasuk adanya bantuan anggota dari daerah lain. Namun mengingat akan diselenggarakannya pilpres maka akan diperhitungkan terlebih dahulu.

Kelompok Peduli Lingkungan Citarum Harum akan Didata Ulang

Terkait dengan bantuan dana yang akan dikucurkan pemerintah pusat mencapai Rp 600 miliar. Ia menilai dana tersebut masih belum cukup sebab kegiatan seperti pengerukan sedimentasi dan membuang tanahnya memerlukam alat dan bahan bakar minyak yang besar.

"Dengan terbentuknya kantor pusat pengendali (program Citarum Harum) lebih sinergi," katanya. Dirinya mengungkapkan, masalah lainnya yang dihadapi TNI yaitu masih banyak lahan yang gundul, masalah sedimentasi, sampah rumah tangga dan limbah.

Komandan Sektor 21 Citarum Harum, Kolonel Infanteri, Yusep Sudrajat menambahkan, saat ini lahan kritis di hulu Sungai Citarum masih dikuasai oleh orang-orang yang memiliki modal. Sementara masyarakat (petani) sering diijonkan.

"Sampai hari ini (lahan), masih dikuasai oleh orang-orang yang punya uang dan masyarakat diijon. Ini perlu penanganan serius," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement