Ahad 13 Jan 2019 14:30 WIB

Tiket ke Luar Negeri Lebih Murah, Pengusaha: Ini Memalukan

Harga tiket yang mahal membuat paket wisata dalam negeri tidak kompetitif

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (8/1).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Suasana Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga tiket pesawat domestik terpantau jauh lebih murah dengan menggunakan maskapai internasional dan harus transit di luar negeri. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan wisatawan ke luar negeri dibandingkan dalam negeri.

Contohnya beberapa rute dari Sumatera ke Jakarta seperti Banda Aceh - Jakarta, Padang - Jakarta, dan Medan - Jakarta yang terpantau lebih murah apabila transit di Kuala Lumpur dan Penang.

Menurut Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Asnawi Bahar, hal ini memalukan pengusaha maskapai dalam negeri dan pemerintah.

"Masa orang mau ke kota di dalam negeri harus bikin paspor, harus ke luar negeri dulu, itu kan cemooh. Jangan dianggap itu sebuah candaan, tapi itu sudah jadi cemooh maskapai dalam negeri dan pemerintah, yang tidak bisa mengambil sikap terhadap itu," ujar Asnawi kepada Republika.co.id, Ahad (13/1).

Asnawi menilai ini akan merusak citra pemerintah dan maskapai dalam negeri. Dia berharap Kementerian Perhubungan dapat dengan tegas mengatur hal ini. Apalagi menurutnya kenaikan harga tiket pesawat sama sekali tidak memberi keuntungan bagi pihak maskapai.

Dia memberi contoh kenaikan harga tiket pesawat Garuda Indonesia, yang membuat masyarakat enggan untuk membeli, sehingga mengakibatkan pesawat kosong. "Garuda itu pesawat kemana-mana beberapa bulan ini kosong. Pesawatnya juga banyak yang nongkrong. Ini kira-kira kerugiannya bagaimana? Grup lain juga otomatis membuat pariwisata kita sangat terganggu, karena Citilink dan Sriwijaya juga menaikkan harga," jelasnya.

Dampaknya, kata Asnawi, sangat terasa oleh pelaku bisnis wisata. Kenaikan harga tiket pesawat membuat paket wisata mahal dan menjadi tidak kompetitif. Penurunan wisatawan domestik dapat terlihat pada libur tahun baru lalu, yang harusnya peak season, turun hingga 30 persen.

"Dampaknya akan terjadi peningkatan turis ke luar negeri. Misalnya Padang - Jakarta Rp 2 juta, tapi Jakarta - Kuala Lumpur cuma Rp 500 ribu. Harga hotel juga banyak yang murah di KL. Ini akan membuat masyarakat Indonesia berlibur ke luar negeri sehingga risiko menghabiskan devisanya sangat besar," jelasnya.

Sementara itu Kementerian Pariwisata berharap bahwa Kementerian Perhubungan dapat segera mengatasi polemik harga tiket pesawat yang dinilai masyarakat sangat mahal ini. 

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti berharap langkah penyelesaian bisa ditempuh secara bijak anatara Kemenhub dan pihak maskapai penerbangan atau stakeholder terkait demi mendukung pariwisata domestik.

Maskapai penerbangan termasuk dalam unsur 3A yang sangat dibutuhkan dalam pariwisata, yakni Aksesibilitas. Kemenpar dan Dinas Pariwisata daerah terus berupaya melakukan promosi untuk mendatangkan wisatawan ke daerah dan telah menyediakan unsur Atraksi dan Amenitas.

Sementara itu berdasarkan pantauan beberapa platform penjualan tiket pesawat seperti traveling.com dan tiket.com, untuk rute penerbangan kota-kota besar di Sumatera ke Jakarta, keduanya menawarkan rute melewati Kuala Lumpur.

Seperti rute Medan - Jakarta yang melalui Kuala Lumpur, tidak hanya menggunakan maskapai AirAsia, namun juga maskapai dalam negeri seperti Citilink dan Lion Air. Sementara harga untuk tiket dengan menggunakan maskapai dalam negeri dan transit di kota dalam negeri bisa lebih mahal Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement