REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Pengelola objek wisata pantai di Anyer dan pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung atau wisatawan ke pantai tersebut pascatsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018. "Biasanya rata-rata pada hari biasa 15 sampai 20 kendaraan yang datang berkunjung. Apalagi kalau hari libur, bisa penuh. Sekarang ini paling ada satu atau dua kendaraan, itu pun kadang tidak lama," kata Ahmad salah seorang pengelola objek wisata Pantai Anyer, Sabtu (12/1).
Ahmad menambahkan, dia sudah mengeluarkan kebijakan pemotongan harga tiket masuk kendaraan ke objek pantai tersebut. "Biasanya kan satu kendaraan masuk ke sini tiketnya Rp 75 ribu, sekarang turun menjadi Rp 50 ribu. Tapi yah begitulah, paling ada juga yang cuma lihat-lihat sebentar, balik lagi," kata dia.
Keluhan yang sama juga disampaikan Kurdi, salah seorang pedagang yang ada di objek wisata tersebut. Ia mengeluhkan pendapatan dari jualan kopi, mi rebus, serta jajanan yang ada di warung tersebut pascatsunami.
"Kalau sebelum kejadian itu bisa sampai Rp 500 ribu per hari. Sekarang ini dapat Rp 5.000 aja sudah untung. Malah yang ada pada diutang pekerja di sini," katanya.
Dia berharap pemerintah segera memulihkan kondisi wisata Anyer agar tidak terlalu lama terdampaknya. Hal ini mengingat perekonomian warga sekitar sangat tergantung dari kunjungan wisatawan ke pantai tersebut.
"Padahal waktu kejadian tsunami kemarin, Anyer itu tidak terkena. Ini karena imbasnya saja," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Banten, Eneng Nurcahyati, mengatakan saat ini bersama dengan Kementerian Pariwisata terus melakukan pemulihan wisata di daerah terdampak tsunami Selat Sunda dan wilayah yang tak berdampak. "Dari wilayah terdampak seperti Carita, Labuan, Tanjung Lesung, dan Sumur di Pandeglang, saat ini kita sudah bergerak, memulai dengan rakor semacam ini. Kami juga melakukan upaya di daerah tidak terdampak seperti Anyer karena imbas ekonomi wisatanya luar biasa. Semuanya kena, hotel sepi, pelaku usaha kecil juga menjerit," kata Eneng.
Tak hanya melakukan upaya pemulihan pariwisata dan ekonomi, Eneng bersama PHRI Banten dan industri terus berupaya agar masyarakat bangkit kembali. "Trauma healing kita lakukan bersama-sama stakeholder. Dan kita akan lakukan pertemuan dengan pemilik hotel untuk menyelesaikan pendataan. Sekarang sedang berjalan melakukan pencatatan," kata Eneng.