REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi beruntun terjadi sebanyak 11 kali di wilayah Selat Sunda pada Kamis (10/1) sore, tetapi tidak berpotensi tsunami. "Aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan kenaikan muka air laut di sepanjang pantai Selat Sunda," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (10/1).
BMKG mencatat terjadi 11 kali gempa bumi dengan magnitudo rata-rata 3,0 dan semakin menurun menjadi 2,8 dengan kedalaman hiposenter satu kilometer pada rentang waktu mulai 16.59 WIB-18.35 WIB. Aktivitas gempa ini berada dalam radius 36.5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.
Rahmat mengatakan, hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG menunjukkan bahwa hingga pukul 18.35 WIB aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian muka air laut atau tsunami. Aktivitas gempa tersebut terdeteksi di tujuh stasiun seismik milik BMKG yakni di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa.
Sejak terjadi tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 hingga Kamis 10 Januari 2019 hasil monitoring BMKG telah berhasil menentukan paramater 28 aktivitas kegempaan di Gunung Anak Krakatau.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi atau berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Informasi resmi hanya bersumber dari BMKG," tegasnya.