Senin 07 Jan 2019 19:16 WIB

Megawati Kisahkan Prabowo dan Gus Dur Puji Nasi Gorengnya

Megawati mengingatkan bahwa para pemimpin saling bersahabat.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berbicara dalam acara Bu Mega Bercerita di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (7/1/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berbicara dalam acara Bu Mega Bercerita di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (7/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri menyinggung situasi politik nasional yang kerap dibuat gaduh oleh sejumlah elite. Anak presiden pertama RI itu menyindir kegaduhan yang kerap dibuat oleh kader petinggi partai tertentu dengan nasi goreng.

Sindiran diungkapkan Megawati saat menggelar dialog dengan tokoh dan pemuda dalam menyambut rangkaian HUT PDIP ke-46 di Kantor DPP PDIP Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/1). Dalam kesempatan itu, Megawati mengungkapkan hubungan baiknya dengan calon presiden Prabowo Subianto.

"Saya kan tetap temenan, tapi kok anak buahnya gitu ya? padahal saya sama bosnya ga ngapa-ngapain, makanya aneh saya sama anak buahnya," ungkap Megawati.

Mega menceritakan, harmonisasi relasi yang dimilikinya dengan penantang calon presiden pejawat itu terawat melalui nasi goreng. Dia melanjutkan, suatu ketika, ada salah satu orang dekat Prabowo yang menyampaikan pesan jika Ketua Umum Gerindra itu rindu nasi goreng masakan Megawati.

"Dia bilang ke saya, Pak Prabowo suka tanyakan loh bu, kapan mau bikin nasi goreng? karena nasgornya top loh," kata Mega lagi.

Hal serupa, dikatakan Mega, juga kerap ditanyakan oleh almarhum Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Dia mengungkapkan, presiden RI keempat itu juga kerap menelpon dirinya agar dimasakan nasi goreng hasil karya tangan Megawati.

"Nah klo di antara pemimpin saja bisa begitu, kenapa anak buahnya bisa begitu? apa harus begitu?" papar Ketua Umum PDIP itu.

Lebih lanjut, Mega menceritakan bagaimana kondosi internal keluarganya dulu yang memiliki perbedaan pandangan secara politik. Meski demikian, dia mengatakan, setiap anggota keluarga dapat mengesampingkan hal tersebut agar tetap bersahabat.

Sayangya, dia mengatakan, kondisi seperti itu tidak didapati dalam situasi politik nasional saat ini. Mega berpendapat, masyaralat saat ini terlihat seperti ingin membelah diri dengan melabelkan kubu tertentu.

"Yang sono yang sini, sebetulnya mau jadi apa ya? Sekarang kok pemilu mau dibikin sesuatu, ini demi bangsa dan negara loh," kata Mega.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement