Senin 07 Jan 2019 10:25 WIB

KLHK: Januari-Februari El-Nino Moderate, Rawan Karhutla

Cuaca panas dan angin kencang bisa memicu terjadinya Karhutla.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Sebuah kapal niaga melintas di perairan Dumai yang diselimuti kabut asap kebakaran hutan dan lahan di kota Dumai, Dumai, Riau, Rabu (29/8).
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Sebuah kapal niaga melintas di perairan Dumai yang diselimuti kabut asap kebakaran hutan dan lahan di kota Dumai, Dumai, Riau, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memasuki bulan Januari-Februari 2019 akan terjadi badai tropis El Nino Moderate. Badai tersebut perlu diantisipasi mengingat dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"El Nino Moderate di wilayah Indonesia akan terjadi pada awal Januari-Februari 2019. Ini perlu diantisipasi sejak dini," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Ruandha Agung Sugardiman di Jakarta, Ahad (6/1) lalu.

Sementara itu, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles N Panjaitan mengatakan, sejauh ini cuaca cukup panas ditambah angin yang cukup kencang. Dua kondisi itu biasanya menjadi pemicu terjadinya Karhutla.

Adapun lokasi yang kerap mengalami Karhutla, disebutkan Rafles berada di Kabupaten Dumai, Provinsi Riau. Oleh sebab itu, pihaknya telah menyiapkan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan atau yang akrab disapa Manggala Agni untuk mulai melakukan monitoring dan respons cepat jika terjadi kebakaran.

“Hingga saat ini Manggala Agni terus melakukan pemadaman di areal terbakar agar api tidak meluas,” kata Rafles.

Memasuki hari keempat pengawasan, Ahad (6/1), Rafles mengatakan Manggala Agni telah melakukan pemadaman lahan terbakar di Desa Mamugo, Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Selain itu, pemadaman juga dilakukan di wilayah Desa Karya Indah Jalan Riau Ujung, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

Menurut Rafles, kondisi lahan yang berupa gambut serta tiupan angin yang cukup kencang menjadi kendala dalam upaya pemadaman. Angin kencang membuat api membesar dan cepat merembet serta berdampak pada asap tebal yang mengganggu pelaksanaan pemadaman. Meski begitu, Manggala Agni bersama para pihak tetap melakukan pemadaman dalam kondisi apapun.

Sementara untuk langkah pencegahan, ia mengklaim Manggala Agni melakukan patroli pencegahan di wilayah rawan kebakaran. Monitoring titik panas (hotspot) turut dilakukan sehingga setiap titik panas yang terpantau dapat segera dilakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan adanya karhutla.

“Manggala Agni juga terus menjalin koordinasi dan sinergi dengan para pihak seperti TNI, POLRI, BPBD, perusahaan pemegang konsesi, perangkat desa, dan MPA untuk bersama-sama melakukan upaya pengendalian karhutla baik upaya pencegahan maupun pemadaman,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement