Ahad 06 Jan 2019 22:47 WIB

Kapal Pengangkut CPO Hilang dalam Perjalanan ke Tj Priok

Kapal bermuatan CPO hilang kontak setelah bertolak dari Sampit ke Tj Priok.

Kapal pengangkut minyak sawit mentah (CPO). (Ilustrasi)
Foto: Aswaddy Hamid/Antara
Kapal pengangkut minyak sawit mentah (CPO). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Sebuah kapal bermuatan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil, CPO) dilaporkan hilang kontak saat perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara. Kapal tersebut diketahui bertolak dari Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, pada 27 Desember 2018 dan seharusnya sudah tiba di Tanjung Priok.

"MT Namse Bangdzhod hilang kontak, posisi terakhir ter-record di perairan ujung Karawang, arah Tanjung Priok dari Sampit," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Thomas Chandra saat dikonfirmasi di Sampit, Ahad.

Menurut Thomas, MT Namse Bangdzhod dengan GT/NT 1128 merupakan kapal berbendera Indonesia. Kapal ini dioperasikan oleh PT Surabaya Shipping Lines yang berkantor pusat di Surabaya.

MT Namse Bangdzhod dinakhodai Muhammad Asdar Wijaya dengan anak buah kapal sebanyak 11 orang. Yanuardin Mendrofa dan Husni Mubarak bertindak sebagai mualim, Andi Tasyriq sebagai KKM, Satria Idam Sulistio dan Bambang Mulyono sebagai masinis, Agustinus Piter, Asrun Suriansa dan Dahar sebagai juru mudi, serta Wardani, Ardiyanto dan Dwi Wahyu Sabtono sebagai juru minyak.

"Hingga kini belum diketahui keberadaannya," katanya.

Thomas mengatakan, saat ini berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengetahui keberadaan kapal tersebut. Dia tidak ingin berspekulasi terkait dugaan keberadaan dan kejadian yang dialami kapal tersebut.

"Ditjen Perhubungan Laut melalui Direktorat KPLP, bersama Kantor Syahbandar Tanjung Priok, Basarnas, KSOP Sampit dan pemilik kapal, sedang dan terus mencari tahu atau memonitor keberadaan kapal tersebut," ujar Thomas.

Sementara itu, kabar hilang kontak MT Namse Bangdzhod langsung menyebar di media sosial. Beberapa pemilik akun media sosial yang memuat kabar dan foto kapal tersebut, meminta bantuan masyarakat untuk menginformasikan jika mengetahui keberadaan kapal pengangkut minyak sawit mentah tersebut.

Berbagai komentar warga pun muncul menggapi postingan kabar hilang kontaknya kapal tersebut. Ada yang menduga kapal sedang berlindung dari cuaca buruk di laut, namun ada pula yang khawatir kapal tersebut menjadi korban pembajakan.

Namun semua mendoakan agar kapal dan seluruh kru segera ditemukan dalam kondisi selamat. Perompakan kapal yang bertolak dari Sampit pernah terjadi pada 2014 lalu. Sebuah kapal bermuatan minyak kelapa sawit yang bertolak dari Sampit, dirompak saat dalam perjalanan menuju Gresik.

Kapal Srikandi 515 mengangkut 3.100 ton minyak sawit berangkat pada 8 Oktober 2014 dan digiring kapal pandu ke luar muara pada 9 Oktober 2014. Seharusnya, paling lama tiga hari sudah sampai Gresik, tapi kemudian dikonfirmasi pada 17 Oktober 2014 bahwa kapal itu belum tiba di Gresik. Pada 24 Oktober 2014, nakhoda dan anak buah kapal ditemukan selamat oleh nelayan Malaysia.

Para perompak ditangkap pada 2015 di Thailand. Para pelaku kemudian dibawa ke Kalimantan Tengah untuk menjalani proses hukum.

Sebelumnya, pada 26 Februari 2012, perompakan tugboat dan tongkang bermuatan minyak sawit juga terjadi di perairan Kotawaringin Timur. Sebanyak 16 anak buah kapal bersama nakhodanya diikat dan dibuang ke hutan di kawasan muara. Mereka  ditemukan dalam keadaan selamat.

Setelah dilakukan pencarian, polisi menemukan tugboat Sindo Ocean dan tongkang Anggada VI bermuatan 3.700 ton minyak sawit tersebut. Saat itu perompak membawa kabur peralatan navigasi dan harta benda milik ABK dengan nilai diperkirakan mencapai Rp204.560.000.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement