Kamis 03 Jan 2019 19:47 WIB

Arisan Sedikit demi Sedikit, Lama-Lama Jadi Jamban

Dengan memiliki jamban, warga merasa kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Aswita (38 tahun), warga Air Manis Kota Padang, menunjukkan jamban yang dibangun dari program 'Arisan Jamban'.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Aswita (38 tahun), warga Air Manis Kota Padang, menunjukkan jamban yang dibangun dari program 'Arisan Jamban'.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bagi Aswita (38 tahun), warga Kelurahan Air Manis, Kota Padang, Sumatra Barat, bahagia itu sederhana. Sesederhana bisa buang air besar tanpa rasa cemas dilihat orang dan tanpa bingung mencari kali terdekat. Perkara buang air besar, atau kecil, bisa jadi sekadar perkara biasa bagi sebagian besar keluarga berkecukupan di Kota Padang dan kota-kota besar lain di Indonesia. Namun bukan begitu ceritanya untuk Aswita dan keluarga kecilnya yang sudah belasan tahun hidup tanpa jamban.

Lemahnya ekonomi keluarga ditambah minimnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang layak membuat Aswita sempat abai terhadap perlunya membangun jamban. Suaminya yang bekerja serabutan pun merasa tak masalah bila selama ini keluarganya harus menumpang ke rumah tetangga bila mau buang air. Bahkan tak jarang urusan pembuangan harus dilakukan di sungai kecil belakang rumah, masjid, atau terpaksa meninggalkan 'jejak' di kebun tak bertuan.

"Buang air besar tuh repot dulu. Harus di banda (kali kecil), belum lagi was-was dilihat orang. Ditambah kalau anak lagi rewel butuh buang air," ujar Aswita, Kamis (3/1).

Beruntung, enam bulan terakhir ini Aswita tak lagi pusing memikirkan lokasi buang air esok pagi. Keluarganya sudah memiliki jamban sederhana yang dibangun tepat di belakang rumah. Meski masih terlihat jauh dari kata sempurna, namun setidaknya fasilitas utama jamban berupa lubang pembuangan dan saluran air bersih sudah tersedia. Untuk sementara waktu, Aswita juga memanfaatkan baliho bekas sebagai dinding pemisah jamban.

"Setidaknya sudah tertutup. Orang nggak bisa ngintip," kata Aswita.

Dengan memiliki jamban, Aswita merasa kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Risiko penyakit yang dipicu kotornya lingkungan rumah juga berkurang. Aswita juga bisa mengajarkan anaknya untuk buang air di jamban, tak lagi sembarangan. Ia juga mengaku sedang mengumpulkan uang untuk memperbaiki kondisi dinding pemisah jamban yang masih memakai material seadanya. Secara bertahap, jamban di rumah aswita semakin berkualitas.

Jamban yang dimiliki Aswita tak terbangun dalam satu malam. Di baliknya, ada perjuangan para kader kesehatan untuk memberi pemahaman bagi warga terkait pentingnya memiliki jamban. Apa yang dialami Aswita merupakan imbas positif dari program arisan jamban yang digulirkan petugas Puskesmas Pemancungan di Padang Selatan. Puskesmas ini menjadi pionir di Kota Padang untuk menggaet lebih banyak keluarga yang peduli terhadap kualitas sanitasi. Konsepnya sederhana saja, ketika warga kesulitan menyisihkan uang Rp 600 ribu untuk membangun satu jamban, maka arisan Rp 2 ribu per hari dirasa lebih ringan bagi mereka.

"Tahun 2017, masih ada 70 keluarga yang tak memiliki jamban. Praktik buang air besar sembarangan masih terjadi, termasuk di sungai atau di kebun. Dulu warga juga buang air di pantai namun kini tidak lagi," kata Petugas Sanitasi Puskesmas Pemancungan Reni Delavina, Kamis (3/1).

Perjuangan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait sanitasi dimulai sejak akhir 2017. Saat itu, muncul ide membentuk kelompok arisan ibu-ibu di Pantai Air Manis untuk membangun jamban sehat. Ternyata gayung bersambut. Konsep arisan Rp 2 ribu per hari dianggap tidak memberatkan. Apalagi analogi yang disampaikan petugas adalah konsumsi rokok. Bila membeli rokok beberapa bungkus saja sanggup, ujar Reni, seharusnya warga sangat mampu menyisihkan Rp 2 ribu per hari untuk arisan jamban.

"Akhirnya ada 20 ibu-ibu bergabung. Dibagi dalam dua kelompok, mereka setiap bulan ambil nomor untuk tentukan siapa yang beruntung bangun jamban," kata Reni.

Program arisan jamban pun berlanjut hingga saat ini. Puskesmas Pemancungan mencatat hingga akhir 2018 lalu sudah ada sekitar 30 jamban yang terbangun berkat arisan jamban dan dibantu aparat TNI. Targetnya, program arisan jamban akan diperpanjang pada 2019 ini dan melibatkan lebih banyak lagi keluarga. Puskesmas Pemancungan juga menjadi percontohan bagi puskesmas lain di Kota Padang untuk mendorong pembangunan sanitasi sehat.

"Target kami rumah-rumah di atas bukit karena mereka kesulitas bangun septic tank. Pendekatan akan terus kami lakukan karena mengubah kebiasaan masyarakat memang butuh waktu," kata Kepala Puskesmas Pemancungan Sari Ramadhani.

Lurah Air Manis, Miswar, juga menyebutkan bahwa program pembangunan jamban dengan sistem arisan ini mampu menekan kejadian penyakit diare yang dialami warga. Pihaknya mendukung program ini dan berharap masyarakat yang sudah memiliki jamban untuk tetap merawat kebersihan lingkunga rumahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement