REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) berupaya memaksimalkan upaya pencarian korban hilang akibat longsor di Desa Sirnaresmi Kabupaten Sukabumi. Sebabnya hingga saat ini masih ada sebanyak 20 orang warga yang dikabarkan masih hilang tertimbun.
Hal ini disampaikan Kepala BNPB Willem Rampangilei disela-sela mengunjungi lokasi bencana di Kampung Cimapag Desa Sirnaresmi Sukabumi Rabu (2/1) sore."Dari hasil rapat evaluasi longsor berdampak pada 29 KK dengan jumlah jiwa 100 serta rumah rusak tertimbun 29 unit," ujar Willem kepada wartawan.
Ia merinci jumlah korban selamat mencapai sebanyak 64 orang dan luka berat sebanyak 3 orang yang sudah di bawa ke RSUD Palabuhanratu. Sementara jumlah meninggal dunia 13 jiwa dan yang belum ditemukan 20 jiwa.
Menurut Willem, saat ini petugas fokus pada pencarian korban. Diakui dia sulitnya medan menjadi salah satu kendala termasuk cuaca yang mudah berubah karana terkadang hujan deras. Kondisi ini menyebabkan potensi longsor susulan.
Di sisi lain peralatan untuk evakuasi membutuhkan lebih dari dua alat berat yang kini digunakan. Minimal ada enam alat berat dengan ukuran tidak besar. Rencananya ada dua alat berat yang Rabu sore tengah didatangkan ke lokasi bencana.
Sedangkan untuk penanganan pengungsi kata Willem, pemerintah tidak membuka tenda pengungsian. Sebabnya warga yang merupakan bagian dari kampung adat ini kini tinggal di rumah saudara terdekat. Namun BNPB akan mendirikan tenda pengungsi untuk kebutuhan petugas gabungan.
"Untuk logistik ada satu dapur umum yang mampu menyiaplan 3.000 porsi," imbuh Willem. Sarana ini dikelola oleh korem dan BPBD. Selain itu akan dikirim makanan siap saji untuk warga dan petugas gabungan.
BNPB juga kata Willem memenuhi kebutuhan logistik peralatan pencarian korban. Di antaranya sarung tangan latek dan masker yang akan segera dilengkapi.
Di sisi lain ungkap Willem, pemerintah juga memberikan pelayanan kesehatan untuk korban luka-luka. Di mana petugas mendirikan tiga posko kesehatan dari korem, polisi, dan dinkes.