REPUBLIKA.CO.ID, oleh Riga Nurul Iman
Bencana longsor yang melanda Kampung Cimapag Desa Sirna Resmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menyisakan cerita pilu bagi keluarga korban. Sebabnya banyak warga yang kehilangan anggota keluarga dalam musibah yang terjadi pada Senin (31/12) malam.
Salah satunya dialami Tandi (37 tahun) yang kehilangan sebanyak 14 orang anggota keluarganya. Termasuk istri tercinta yakni Yami (26) yang ditemukan meninggal dunia oleh petugas gabungan pada Selasa (1/1) sore lalu.
"Sebuah keajaiban saya masih bisa selamat," terang Tandi yang dalam kondisi lemas kepada Republika di temui di rumah kerabatnya Rabu (2/1). Pada saat bencana terjadi, Tandi tertimpa dinding rumah yang terbuat dari bilik kayu. Tandi berhasil diselamatkan oleh saudara kandungnya setelah 40 menit tertimbun reruntuhan rumah.
Sebelum bencana terjadi, Tandi menceritakan, ia tengah berada di depan rumah. Selang mendekati waktu Maghrib, Tandi mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya.
Ketika dicek keluar rumah, Tandi melihat bukit di belakang permukiman warga longsor. Spontan ia meminta istrinya yang tengah memasak di dapur untuk lebih dahulu menyelamatkan diri.
Sementara, Tandi berupaya mencari anak tunggalnya Sindi (8) yang pada waktu kejadian pergi ke masjid untuk mengaji. Namun, nahas ketika berupaya keluar rumah Tandi sudah terlebih dahulu tertimpa bilik bambu dan lumpur hingga menutupi setengah badannya.
Beruntung, tutur Tandi, ada kakak kandungnya yang datang menyelamatkan. "Anak saya Sindi juga diselamatkan kakak," ujar dia.
Anak perempuannya berhasil selamat ketika bergandengan dengan temannya berangkat ke masjid. Masjid yang menjadi tempat mengaji itu pun hingga kini masih kokoh berdiri meskipun ada lumpur.
Tandi menuturkan, istrinya yang tengah berlari menyelamatkan diri ditemukan meninggal dunia satu hari setelah bencana terjadi. Selain itu, saudaranya yang berada di dekat rumahnya juga banyak yang meninggal.
Sepengetahuanya, ada 14 orang anggota keluarganya yang meninggal dan sebagian belum ditemukan. Sementara itu, ada empat anggota keluarga lainnya yang selamat dan ada yang dirawat di rumah sakit.
Diakui Tandi, di kampung yang hancur dilanda longsor ini ada lima rumah yang berdampingan dan masih satu keluarga. Pada saat kejadian mayoritas anggota keluarga sedang berada di rumah.
Tandi kini hanya bisa pasrah menerima keadaan banyak anggota keluarganya yang meninggal akibat bencana. Dalam kondisi luka pada bagian tangan dan kaki Tandi berharap anggota keluarganya yang tertimbun bisa segera ditemukan.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami yang datang ke rumah kerabat Tandi menyatakan rasa duka yang mendalam. "Warga yang kehilangan banyak anggota keluarganya akan terus didampingi," ujar dia.
Sehingga ungkap Marwan, trauma yang dialami warga bisa hilang. Caranya, pemerintah daerah akan memperhatikan aspek pendidikan dan kesehatan anak yang keluarga atau orangtuanya sudah tidak ada lagi.
"Kami ingin anak yang kehilangan keluarganya bisa tetap terjamin pendidikannya," imbuh Marwan.
Marwan menuturkan, kegiatan belajar mengajar pada saat masa tanggap bencana di sekitar lokasi longsor untuk sementara diliburkan. Hal ini disebabkan karena banyak anak yang diperkirakan kehilangan anggota keluarganya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, warga yang terdampak bencana longsor semuanya ditampung di rumah kerabat terdekat. "Korban bencana rata-rata masih satu keluarga dan mereka kini tinggal di rumah kerabatnya," ujar dia kepada wartawan saat mengunjungi lokasi bencana Rabu.
Terlebih mereka menjadi bagian dari kampung adat Kasepuhan Sinar Resmi. Willem menuturkan, pemerintah tetap memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan logistik. Selain itu pemerintah juga memberikan layanan kesehatan di tiga posko yan didirikan TNI, Polri dan Dinas Kesehatan.