Rabu 02 Jan 2019 17:00 WIB

Polisi Identifikasi 10 Anggota Ali Kalora

Kelompok itu hanya menggunakan tiga buah senjata.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Muhammad Hafil
Kabiro Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo
Foto: Arif Satrio Nugroho/Republika
Kabiro Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim gabungan TNI Polri melalui Satgas Tinombala telah mengamankan saksi kunci terkait insiden penembakan anggota polisi oleh komplotan buron Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Dari saksi kunci, polisi mengidentifikasi ada 10 orang terlibat dalam kontak senjata dengan polisi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada Ahad (31/12) lalu.

"Jumlah mereka tidak banyak, kecil, jumlahnya 10 orang. Sudah diidentifikasi jumlahnya segitu," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, Rabu (2/1).

Dedi menyebut, kekuatan kelompok bekas anak buah Santoso itu hanya menggunakan tiga buah senjata, yakni dua senjata laras panjang, sebuah senjata laras pendek dan beberapa senjata tajam. Informasi tersebut, kata Dedi, didapat dari keterangan saksi dengan menunjukkan foto-foto buron pada saksi.

"Saksi kunci sudah membenarkan 100 persen, mengkonfirmasi satu-satu foto yang dikenali oleh saksi melihat peristiwa pembunuhan tersebut," kata Dedi menjelaskan. 

Satgas Tinombala pun memastikan pelaku penyerangan pada Ahad (31/12) itu adalah Ali Kalora dan kawan-kawan. Untuk melakukan pengejaran, Dedi mengklaim, Satgas Tinombala sudah memiliki pola-pola pengejaran. Parigi Moutong menjadi titik awal pengejaran. Namun, titik lain seperti Poso juga dipantau.

"Kelompok ini kecil, kelompok ini lemah. Meskipun kondisi geografis cukup luas, satgas masih mampu," ujar Dedi.

Untuk memperkuat pengejaran itu, Polri juga telah menerjunkan dua Satuan Setingkat Peleton (SST) Brimob untuk memburu kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.

Polda Sulteng juga menurunkan tim pembinaan masyarakat, dalam rangka memberikan pencerahan, edukasi, bimbingan dan pendampingan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan situasi tersebut. Polisi juga ingin memberikan jaminan keamanan, khususnya untuk masyarakat di desa yang berbatasan dengan hutan.

Dalam hal ini, kata Dedi, msyarakat juga bekerja sama dengan polisi untuk memotong jalur logistik para kelompok terorisme.

"Kita lakukan penyekatan dalam rangka memotong jalur distribusi logistik, demikian juga kerja sama dengan masyarakat untuk bisa memonitor lingkungan di sekitar kebun maupun ladang masyarakat," ujar dia.

Sebelumnya, dua anggota kepolisian yakni Bripka Andrew Maha Putra dan Bripda Baso tertembak saat aparat kepolisian sedang mengevakuasi jasad warga sipil korban mutilasi berinisal RB (34 tahun) pada Senin 31 Desember 2018. Penyerangan itu disebut polisi masih sebagai kriminal murni. Tindakan mutilasi yang dilakukan pun diduga untuk memancing kehadiran polisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement