REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI - Hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Senin (31/12). Hal ini menyebabkan longsor menimbun salah satu wilayah di Sukabumi, yakni Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Longsor yang terjadi pada Senin (31/12) pukul 17.:00 WIB ini tidak hanya menimbun puluhan rumah warga, namun juga menelan sejumlah korban jiwa.
Berdasarkan laporan Disaster Management Institute of Indonesia (DMII), hingga Rabu pagi tercatat 32 keluarga atau sekiranya 107 jiwa terkena dampak longsor. Sebanyak 15 jiwa meninggal dunia, 3 jiwa mengalami luka berat, 61 jiwa di pengungsian, dan 34 jiwa belum ditemukan.
Koordinator Tim Emergency Response Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kusmayadi melaporkan, tim yang bertugas untuk evakuasi sudah berada di lokasi sejak Senin (31/12) malam. Mereka adalah relawan yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) ACT asal Sukabumi yang berjumlah 4 orang.
“Ketika tim tiba, mereka mengabarkan, suasana di sekitar lokasi tampak mencekam, gelap gulita karena saluran listrik terputus. Suasana yang juga menyulitkan tim bersama SAR gabungan dalam mengevakuasi korban,” kata Kusmayadi, Selasa (1/1).
Tim ACT membanu mengevakuasi korban longsor di Sukabumi.
Tak hanya itu, hujan yang masih terus-menerus mengguyur pun turut menyulitkan proses evakuasi. Menurut Kusmayadi, air hujan telah membuat tanah menjadi becek, ditambah kondisi jalan yang terjal menyebabkan alat berat untuk membantu proses evakuasi kesulitan untuk menjangkau lokasi.
“Proses evakuasi sempat berhenti berkali-kali. Hujan tiada henti, sedang alat berat tak kunjung sampai. Kondisi seperti itu tidak memungkinkan tim melakukan evakuasi dengan tangan kosong,” ungkap Kusmayadi.
Melansir paparan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, daerah yang terpapar bencana longsor di Sukabumi memang termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi. Sementara itu. lokasi longsoran pun berada di ketinggian antara 650-800 meter di atas permukaan laut, ditambah dengan derajat kemiringan tanah lebih dari 30 derajat.
"Dalam kerentanan gerakan tanah menengah sampai tinggi, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Diperkirakan jenis gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran dari bahan rombakan. Masih sangat rawan terjadi gerakan tanah susulan di lokasi Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi tersebut," ujar Kasbani lewat keterangan tertulisnya, Selasa (1/1).
Laporan terakhir pada Selasa (1/1), kata Kusmayadi, ACT juga telah memberangkatkan tim evakuasi dari Bandung. “Mereka telah tiba sejak pagi, langsung membantu proses evakuasi. Namun, seluruh jaringan komunikasi melalui telepon genggam terhambat, sehingga tim di lapangan hanya bisa mengandalkan radio komunikasi. Kami pun belum dapat kabar lagi,” tambahnya.
Hingga Selasa (1/1), proses pencarian terus dilakukan, meski masih secara manual. Tim SAR gabungan, termasuk Tim Emergency Response ACT masih menunggu kedatangan alat berat berupa ekskavator yang masih dalam perjalanan.
“Kami akan terus pantau tim yang sudah berada di lokasi. Sembari merencanakan keberangkatan tim kembali, mengingat dampak yang timbul cukup besar dan korban jiwa disinyalir masih akan terus bertambah,” kata Kusmayadi.