Selasa 01 Jan 2019 23:40 WIB

Yogyakarta Siagakan Tim Reaksi Cepat di Pantai Selatan

Tim reaksi cepat memantau kawasan rawan bencana.

Red: Nur Aini
Relawan memantau ombak di Pantai Drini, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (24/7).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Relawan memantau ombak di Pantai Drini, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) telah menyiagakan petugas tim reaksi cepat (TRC) untuk mengantisipasi gelombang tinggi di sepanjang pantai selatan pada masa libur Tahun Baru 2019.

"Tim reaksi cepat memantau di kawasan-kawasan rawan bencana termasuk di sepanjang pantai selatan," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana di Yogyakarta, Selasa (1/1).

Menurutnya, dalam pengawasan itu, BPBD DIY bertugas mendukung BPBD Kabupaten. Adapun pelaksanaan pengawasan di lapangan, tim TRC berkoordinasi bersama Badan SAR Nasional, SAR Satlinmas Pantai di bawah koordinasi Satpol PP DIY.

Selama libur Natal dan Tahun Baru 2019, menurut dia, seluruh objek wisata pantai di DIY tetap dibuka. Meski demikian, selama mengunjungi kawasan pantai wisatawan telah diwajibkan untuk menaati arahan petugas dari TRC maupun Satlinmas SAR Pantai.

Menurutnya, agar warga asli di sekitar pantai DIY juga memiliki kesadaran tentang mitigasi bencana, BPBD DIY telah membentuk desa-desa tangguh bencana (destana) di kawasan pesisir pantai Selatan.

"Bencana bukan lagi hanya urusan pemerintah semata, melainkan telah diantisipasi melalui kemampuan mitigasi secara mandiri. Jika itu berjalan tentu akan lebih efektif menekan jumlah korban atau kerusakan apabila bencana terjadi," kata dia.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta telah meminta wisatawan mewaspadai gelombang laut di pesisir Selatan Yogyakarta yang diperkirakan mencapai 3,0 sampai 4,0 meter menjelang perayaan Tahun 2019.

Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiono mengatakan sesuai hasil pantauan cuaca di Samudera Hindia, sebelah Selatan Bali dan Utara Australia, gelombang tinggi tersebut dipicu munculnya daerah tekanan rendah (low pressure). Dampak dari tekanan udara rendah itu, kata dia, kemudian memicu penguatan kecepatan angin di Selatan Yogyakarta. Kecepatan angin di selatan Yogyakarta mencapai 15 hingga 20 knot (28 hingga 36 km per jam).

"Kondisi ini yg memicu munculnya angin kencang dalam beberapa hari ini di wilayah Yogyakarta. Angin kencang yang bersumber dari selatan Yogyakarta (Samudera Hindia) ini yang memicu gelombang laut menjadi tinggi," kata dia.

Meski demikian, ia memastikan potensi gelombang tinggi laut Selatan kondisinya tidak sama dengan yang terjadi di Selat Sunda beberapa waktu lalu. "Tidak ada keterkaitan dengan yang terjadi di Selat Sunda," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement