Selasa 01 Jan 2019 17:45 WIB

Pengguna Transjakarta Capai 189,77 Juta pada 2018

Jumlah itu naik dibandingkan 2017 yang mengangkut 144,72 juta penumpang.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Antrean bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Rabu (25/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Antrean bus Transjakarta di Halte Harmoni, Jakarta, Rabu (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mencatat, telah melayani 189,77 juta pelanggan pada 2018. Menurut Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono, jumlah ini naik 31 persen dibandingkan tahun 2017 yang mengangkut 144,72 juta penumpang.

"Pelayanan, waktu tempuh, hingga kemudahan menjangkau angkutan umum menjadi alasan masyarakat beralih menggunakan moda transportasi publik dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi baik itu mobil maupun motor," kata Agung dalam siaran persnya, Selasa (1/1).

Ia menjelaskan, pencapaian prestasi tersebut didukung dengan penambahan rute sebanyak 33 menjadi 155 pada akhir 2018. Sedangkan pada 2017 hanya 122 layanan rute.

Selain itu, lanjut Agung, program integrasi moda transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jak Lingko, juga berhasil meningkatkan jumlah penumpang angkutan umum melalui integrasi. Baik dari sisi manajemen, jaringan, dan standar pelayanan.

Ia mengatakan, hal itu dilakukan dengan merangkul para operator angkutan berbasis jalan yang bertrayek mulai dari bis besar, bis sedang hingga bis kecil. Hal ini diawali dengan diresmikan logo Jak Lingko pada 9 November 2018 oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Atas prestasi tersebut, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah menjadi pelanggan Transjakarta. Dengan menggunakan angkutan umum membantu mengurangi kepadatan lalu lintas dan mengurangi emisi yang ditimbulkan dari kendaraan," kata dia.

Ia menambahkan, Transjakarta menargetkan pelanggan Transjakarta mencapai 231 juta dengan 236 rute yang dilayani pada 2019. Serta pengintegrasian layanan dengan sejumlah moda transportasi. 

Di antaranya, pembangunan fasilitas fisik interkoneksi antara halte TransJakarta dan stasiun MRT Jakarta. Diawali dengan halte Bunderan Hotel Indonesia dan halte Tosari. Kemudian dilanjutkan dengan halte CSW Sisingamangaraja dan Lebak Bulus.

Selain itu, lanjut Agung, konektivitas halte di Pemuda Rawamangun dengan Stasiun LRT Velodrome di Rawamangun, yang menjadi integrasi fisik antara TransJakarta dengan LRT Jakarta. Untuk itu, tahun 2019 adalah momen untuk merealisasikan Transportasi Jakarta terintegrasi dengan seluruh moda transportasi. 

"Transjakarta sebagai yang telah hadir, akan terdepan dan siap untuk mengawal pelayanan kepada seluruh warga Jakarta," kata Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement