Rabu 26 Dec 2018 18:06 WIB

Penyu-Penyu Terdampak Tsunami Selat Sunda Dipastikan Sehat

Sebanyak 18 penyu terdampar akibat terdampak tsunami Selat Sunda.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andri Saubani
Proses evakuasi penyu yang terdampar akibat tsunami di Tanjung  Lesung, Selasa (25/12).
Foto: Humas Kementerian LHK
Proses evakuasi penyu yang terdampar akibat tsunami di Tanjung Lesung, Selasa (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) memastikan, sebanyak 18 penyu yang terdampar akibat dampak tsunami di kawasan Tanjung Lesung, Banten, dalam kondisi sehat. Semua penyu telah dilepasliarkan bersama tim gabungan yang terdiri dari Tim Vertical Rescue, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, PMI, Pramuka Peduli dan BNPB pada Senin (24/12) dan Selasa (25/12).

Staf Fungsional Umum TNUK Aris Budi Pamungkas mengatakan, proses pencarian berawal dari laporan di media sosial mengenai 16 ekor penyu yang terdampar pada Senin siang. Semua penyu itu langsung dilepasliarkan oleh para relawan lingkungan ke perairan Tanjung Lesung pada hari yang sama.

"Keesokan harinya (Selasa), kami melakukan pencarian dan menemukan dua ekor penyu lagi," ucapnya ketika dihubungi Republika, Rabu (26/12).

Pihak TNUK sendiri kini sudah menghentikan proses pencarian dan segera dialihkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar Wilayah I Serang. Pasalnya, kawasan tersebut sudah masuk dalam wilayah hukum dan kewenangan BKSDA. Tapi, Aris memastikan, pihak TNUK akan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Sampai saat ini, BKSDA masih melakukan pencarian satwa yang kemungkinan terdampar. Aris mengimbau seluruh masyarakat yang melihat atau menemukan penyu terdampar untuk menghubungi pihak berwenang.

"Akan ada staf kami atau BKSDA yang stand by di sekitar kawasan (Tanjung Lesung)," ujarnya.

Dampak tsunami Selat Sunda juga dirasakan di sejumlah wilayah kawasan TNUK. Tercatat, dua orang Pegawai Harian Lepas (PHL) Balai TNUK yakni Rubani dan Sandi menjadi korban meninggal dunia. Mereka berpulang saat tengah bertugas di Resort Citelang yang termasuk wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah II Pulau Handeuleum.

Sementara itu, seluruh personel yang bertugas di Pulau Panaitan dilaporkan dalam kondisi sehat dan selamat. Saat ini, mereka telah dievakuasi, dan tengah menunggu cuaca baik untuk kembali ke wilayah yang lebih aman.

Aris menuturkan, bencana tsunami juga berdampak terhadap sejumlah fasilitas Balai TNUK hingga mengalami rusak sedang, hancur, bahkan hilang. Fasilitas yang mengalami kerusakan di antaranya kantor resort Citelang, dermaga Pulau Handeuleum, dermaga Tamanjaya, serta bangunan shelter dan toilet di Cigenter.

"Dua unit motor ketinting dan dua buah sampan di Resort Citelang dan Handeuleum dilaporkan hancur dan hilang," katanya.

Untuk mempercepat koordinasi di lapangan, dibentuk Posko Kementerian LHK Peduli di kantor SPTN Wilayah III Sumur, di Cibayoni. Mereka melayani pengobatan gratis bagi para pengungsi di sekitar lokasi terdampak dan lokasi pengungsian). Tim Balai TNUK Peduli juga terus membantu evakusi dan distribusi logistik bagi para pengungsi di Kecamatan Sumur Cimanggu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement