REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Harga telur di Kota Sukabumi mengalami kenaikan sekitar Rp 5 ribu per kilogram. Kenaikan ini dinilai biasa menjelang akhir tahun.
‘’Harga telur naik kini menjadi Rp 27 ribu per kilogram,’’ ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagrin) Kota Sukabumi, Ayep Supriatna kepada wartawan Jumat (21/12).
Sebelumnya harga telur ayam hanya Rp 22 ribu per kilogram. Sehingga ada kenaikan sebesar Rp 5 ribu per kilogram. Naiknya harga ini dinilai biasa menjelang akhir tahun.
Pemerintah pun sudah meminta pedagang untuk tidak menahan produk. Hal ini dilakukan agar harga telur ayam tidak terus mengalami kenaikan harga. Ayep menerangkan, pengendalian harga telur ayam memang sulit dilakukan. Sehingga pemkot hanya bisa berharap pasokan telur ayam bisa normal kembali ke pasaran.
Kepala Bidang Perdagangan, Diskopdagrin Kota Sukabumi Heri Sihombing mengatakan, harga telur ayam terus merangkak naik dari Nopember hingga Desember 2018. Pada 26 Nopember lalu misalnya harga telur ayam naik menjadi Rp 24 ribu per kilogram.
Selanjutnya pada awal Desmber hingga sekarang harga di pasaran naik menjadi Rp 27 ribu per kilogram. Pantauan harga ini khususnya dilakukan di Pasar Tipar Gede dan Pasar Pelita Kota Sukabumi.
Selain telur ayam, harga daging ayam juga terus mengalami kenaikan. Saat ini harga daging ayam bertahan di harga yang cukup tinggi yakni mencapai Rp 36 ribu per kilogram. Sebelumnya harga daging ayam sebesar Rp 34 ribu per kilogram.
‘’ Kenaikan harga telur dan daging ayam ini hampir merata di Jawa Barat,’’ cetus Heri. Bahkan berdasarkan imformasi dari Provinsi Jabar ada daerah yang harga daging ayamnya menembus Rp 40 ribu per kilogram. Contohnya di Kota Bogor harga daging ayam Rp 39 ribu per kilogram, Kota Depok dan Kabupaten Cianjur Rp 40 ribu per kilogram.
Di sisi lain lanjut Heri, ada daerah yang mampu mengendalikan harga seperti Bekasi yang menjual harga daging ayam Rp 31 ribu per kilogram. Kota Sukabumi juga masih mampu bertahan di harga Rp 36 ribu per kilogram.
Menurut Heri, kenaikan harga diakibatkan faktor pasokan telur dan daging yang berkurang dibandingkan sebelumnya. Ke depan petugas akan terus memantau pergerakan harga di pasaran dan pasokan telur ke pasaran. Harapannya pasokan telur dan daging bisa kembali normal.