Kamis 20 Dec 2018 22:45 WIB

Wagub NTB Tekankan Pentingnya Mitigasi Bencana

Rohmi menilai sosialisasi mitigasi bencana di Indonesia masih relatif minim

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah bersama Wali Kota Mataram Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana, memperingati HUT NTB ke-60 dengan aksi bersih sungai Jangkok, Kota Mataram, Senin (17/12).
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah bersama Wali Kota Mataram Ahyar Abduh dan Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana, memperingati HUT NTB ke-60 dengan aksi bersih sungai Jangkok, Kota Mataram, Senin (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah mengajak masyarakat memahami kondisi wilayahnya, termasuk dengan potensi bencana seperti gempa, banjir, dan longsor.

Ia menilai, masyarakat NTB cukup akrab dengan bencana gempa, seperti yang terjadi beberapa bulan lalu. Kondisi ini tak hanya di NTB, melainkan juga di sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki potensi terjadinya gempa.

"Kita harus akrab dengan yang namanya gempa karena daerah kita daerah rawan gempa, tidak bisa kita hindari itu," ujar Rohmi saat membuka lokakarya Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) regional wilayah Indonesia bagian tengah di Mataram, NTB, Kamis (20/12).

Dengan memahami peta kerawanan bencana, Rohmi mengajak masyarakat lebih peduli dalam melakukan antisipasi guna meminimalisir dampak bencana. Pembangunan rumah dengan kaidah yang tahan gempa menjadi keharusan.

"Kalau bangun rumah, tidak boleh bangun yang tidak tahan gempa. Rumah tahan gempa bukan berarti mahal tapi dari struktur dia kuat. Dari kejadian kemarin, yang strukturnya benar tidak roboh, sementara yang rumahnya rusak karena banyak warga membangun rumah tidak pakai tulangan," kata Rohmi. 

Rohmi berkaca pada kejadian gempa beberapa bulan lalu. Sebagian besar korban luka karena ketidaktahuan dan merasa panik, meskipun bangunannya kokoh.

"Begitu gempa, panik, korban paling banyak itu terkilir, patah kaki karena panik. Ini mengapa mitigasi bencana sangat diperlukan," ucap Rohmi. 

Rohmi tidak menampik jika sosialiasi mitigasi bencana masih relatif minim di Indonesia. Dia mendorong organisasi perangkat daerah (OPD) dan pihak lain terus menggencarkan sosialisasi mitigasi bencana.

"Kita harus persiapkan (edukasi mitigasi), sehingga saat terjadi (gempa) tidak panik tapi tahu harus bagaimana," kata dia.

Rohmi menambahkan, bencana di NTB tak hanya gempa, melainkan juga banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan lingkungan. Ia mencontohkan beberapa wilayah yang tidak pernah mengalami banjir, kini mengalami banjir.

Pemprov NTB menaruh perhatian lebih dengan memproritaskan program-program yang berdampak pada sektor lingkungan, termasuk soal pengelolaan sampah.

"Kita ingin ke depan NTB itu zero waste (bebas sampah), kita harapkan dari masing-masing warga sudah memilah, dengan Bank Sampah, sampah menjadi berkah, semakin banyak ngumpulin kaleng, plastik, dia semakin banyak dapat duit, itu yang kita ingin bangun di NTB. Dengan memilah sampah dapat manfaatnya, sampah tidak menjadi bencana tapi berkah," ungkap Rohmi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement