REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon tidak percaya dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Fadli mengatakan, survei LSI tidak bisa diandalkan dan tak transparan.
"Patut diduga survei ini sebagai alat kampanye saja, beberapa waktu lalu juga survei tidak akurat. Saya tanya ke saudara Denny JA juga tidak dijawab surveinya darimana, darimana biayanya," ucapnya pada wartawan, Kamis ( 20/12).
Ia menambahkan lembaga-lembaga survey diperalat untuk kampanye. Untuk hasil survey LSI Prabowo pun mengalami penurunan, Fadli merasa sudah kuat tidak usah panik dan biasa-biasa saja. "Kalau kami yakin Prabowo-Sandi akan menang, bulan Januari nanti akan mengatasi dari sisi elektabilitas sampai bulan April," ujarnya.
Lalu ia melanjutkan survey LSI ini tidak bisa menggambarkan secara nyata hanya memakai 1.200 orang misalnya jumlah warga Indonesia ada 263 juta. Fadli yakin pasti ada faktor lain metodenya harus di evaluasi. Ssbagai contoh yang nyata, sewaktu Pilkada DKI dan Jawa Barat gagal total prediksi.
"Yang menang katanya Ahok ternyata Sandi- Anies. Pilkada Jawa Barat juga Sudrajat hanya dikatakan 6 sampai 8 persen, ternyata 29 persen. Itu namanya survei abal-abal harus nya mereka merasa malu dan membubarkan diri," katanya.
LSI: Mayoritas Pemilih Pascareuni 212 Sulit Dipengaruhi HRS
Seperti diketahui, LSI Denny JA merilis hasil survei soal soal elektabilitas pasangan capres-cawapres 2019 pasca-Reuni 212. Hasilnya, elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno justru turun meski Joko Widodo-Ma'ruf Amin cenderung stagnan.
Dalam survei LSI Denny JA, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf berada di angka 54,2 persen. Sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga mengalami penurunan dari 31,2 persen menjadi 30,6 persen pascaReuni 212.