Selasa 18 Dec 2018 23:38 WIB

Dari Kampung Berseri Menuju Ikon Wisata Kota Depok

Potensi kreativitas warga menjadi kekuatan membangun wilayah yang berdaya saing.

Kampung Berseri Astra di RW 16 Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
Foto: Republika/Endro Yuwanto
Kampung Berseri Astra di RW 16 Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto

Sekilas dari sisi Jalan Ir H Juanda, perumahan di lingkungan RW 16 Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, itu tak terlihat istimewa. Biasa saja mirip RW-RW lainnya di Kota Depok. Namun begitu memasuki gerbang RW 16 yang berada di belakang Masjid At Taubah, kesan teduh, bersih, dan rindang begitu terasa.

Berbagai jenis tanaman berjejer rapi sepanjang jalan gang di RW itu. Setiap rumah tampak hijau dan rimbun dipenuhi berbagai jenis tanaman hias, obat, dan buah. Di tiap gang terdapat papan slogan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan. Di beberapa dinding rumah warga, mural bertema hewan, alam, dan lingkungan turut memanjakan mata.

"Sudah lama saya memimpikan suatu saat nanti, lingkungan RW ini menjadi RW wisata, lokasi wisata edukasi murah di Depok," ujar Ketua RW 16 Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Sumarno, saat ditemui Republika.co.id, pertengahan Desember ini.

Bukan tanpa alasan Sumarno memimpikan lingkungannya menjadi obyek wisata baru di Kota Depok. Hampir setiap hari ada saja pengunjung yang datang ke RW 16. Ada yang datang sekadar berfoto mengambil gambar. Ada yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah. Ada yang berniat membeli produk dan kerajinan hasil pengelolaan sampah milik warga. Ada pula rombongan dari RW-RW lain yang ingin melakukan studi banding.

photo
Anak-anak bermain di salah satu gang di KBA Depok.

Menurut Sumarno, lingkungannya saat ini juga dikenal sebagai RW Hijau 16. Penamaan ini merujuk pada aksi sosial warga yang mengedepankan perilaku hijau dan bersih di lingkungan RW 16. "Saya istilahnya tinggal memoles saja karena sebelumnya sejak tahun 1980-an sudah banyak penggiat dan perintisnya sehingga lingkungan di sini menjadi seperti ini," jelas pensiunan karyawan Departemen Kesehatan ini.

Aksi sosial warga ini telah mengantarkan RW 16 menggapai sejumlah prestasi. Antara lain, juara dua Lomba RW Hijau Lingkungan Tingkat Kota Depok 2010, juara satu Lomba RW Hijau Teduh Tingkat Kota Depok 2011, serta mewakili Kota Depok dalam penilaian Adipura, Kota Sehat dan Kampung Iklim.

Berbagai upaya telah dilakukan Sumarno dan jajarannya untuk membangun komitmen agar RW 16 tetap dikenal sebagai RW Hijau. Misalnya, menjaga kebersihan lingkungan dengan pendekatan lomba kebersihan, keindahan, dan ketertiban (K-3) antarlingkungan RT. Lalu, memilah sampah organik dan mengolahnya menjadi kompos yang dilakukan oleh PKK dan kelompok ibu-ibu Dasawisma.

Kemudian, lanjut Sumarno, membuat lubang biopori di sekitar rumah untuk membantu resapan air sehingga tidak semua air terbuang. Selanjutnya, menata dan menjaga saluran air agar bersih dan tidak tergenang. Tentu saja, ada aksi tanam pohon dengan berbagai media demi memperindah lingkungan serta menjaga ketahanan pangan sejak dari halaman rumah dan pekarangan. "Kesulitan selama ini dalam hal menyadarkan seluruh warga tentang pentingnya menjaga lingkungan bersih dan asri."

Sumarno mengakui, berbagai pencapaian itu memang tidak diraih secara instan. Ada proses dan sinergi sekelompok warga yang menjadikan RW-nya layak diapresiasi. "Melalui pendekatan yang terus-menerus, sebanyak 538 KK akhirnya mau terlibat aktif."

photo
KBA RW 16 Kelurahan Baktijaya Depok.

Lingkungan RW Hijau 16 kian dikenal ketika pada 2014 berkolaborasi dengan Astra International membentuk Kampung Berseri Astra (KBA) untuk mewujudkan wilayah yang berseri, yakni bersih, sehat, cerdas, dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup warga RW 16. "Bantuan dari Astra bukan dalam bentuk uang tunai, tapi berbagai bantuan sarana dan prasarana untuk lingkungan," ujar Sumarno.

KBA merupakan program tanggung jawab sosial Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan empat pilar, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan.

Menurut Sumarno bantuan yang diterima RW 16 dari Astra selama ini sudah mencakup empat pilar itu. Untuk kesehatan Astra antara lain memberikan penyuluhan soal sampah sampah. Di pendidikan, Astra memberikan pelatihan guru PAUD dan menyalurkan beasiswa untuk 33 anak usia sekolah sampai lulus. Untuk lingkungan bantuan berupa sumbangan ratusan tanaman pucuk merah dan penampung air hujan untuk menyiram tanaman. Di kewirausahaan, bantuan berupa pembinaan pada sejumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengolah sampah dan kegiatan pasar sembako murah. "Secara periodik tim Astra selalu datang ke sini untuk melihat perkembangan RW kami," jelasnya.

Seorang warga RW 16 Abdullah mengatakan, awalnya kampungnya sempat bermasalah jika dalam sepekan sampah warga tak diangkut petugas dinas kebersihan. Lingkungan jadi bau dan kotor.

Ketua RW 16, lanjut Abdullah, kemudian melakukan sosialiasi ke tingkat RT supaya memilah sampah menjadi organik, anorganik, dan residu sejak dari dapur tiap rumah warga. Sampah anorganik dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan oleh UMKM untuk dijual kembali sehingga bisa menambah pendapatan warga. Sisanya dijadikan bank sampah. Sampah organik dibawa ke unit pengolahan sampah (UPS) untuk dibuat kompos sebagai pupuk tanaman. Sementara, sisanya berupa sampah residu diambil petugas dinas kebersihan untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

photo
Salah seorang warga RW 16 KBA Depok sedang mengolah pupuk untuk menyuburkan tanaman.

Menurut Abdullah, keberadaan pupuk kompos itu membuat tanaman seperti sambung nyawa dan kelor tumbuh subur. Tanaman itu kemudian oleh sebagian warga diolah menjadi makanan ringan, seperti kerupuk dan puding.

Di RW 16 terdapat sebanyak 10 RT. Dan setiap RT minimal memiliki dua UMKM yang memanfaat sampah menjadi produk bernilai jual. "Sekarang selama sepekan sampah tak diangkut pun tak masalah karena sebagian besar sampah sudah lebih dulu diolah," ujar Abdullah.

Sinergi antara warga RW 16 dan Astra pada November 2018 berbuah manis. RW ini berhasil mendapatkan penghargaan kategori program kampung iklim utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia karena keaktifannya dalam mendukung dan menyukseskan program gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis komunitas.

Sumarno bersyukur atas apresiasi yang diberikan oleh kementerian tersebut. Ia berharap apa yang telah dilakukan oleh RW 16 ini dapat juga diterapkan di seluruh lingkungan, khususnya di Kota Depok. "Semoga hal ini juga dapat menjadi inspirasi dan motivasi kepada seluruh wilayah RW di Kota Depok."

Kepala Seksi Konservasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok Rizal Maulana mengatakan, aksi warga RW 16 seyogianya dapat diikuti oleh seluruh RW di Kota Depok. "Tentu dengan melibatkan semua komponen yang ada di masyarakat, terutama generasi muda," ujarnya.

Menurut Rizal, diperlukan komitmen bersama dan menjadikan RW 16 menjadi wilayah yang lebih baik lagi. Potensi kreativitas warga menjadi kekuatan untuk membangun wilayah yang berdaya saing. "Kampung tersebut sudah dinilai bagus dan terkenal sebagai hunian yang nyaman. Potensi inilah yang harus dikembangkan dan dipertahankan.”

Pertengahan tahun ini, Wali Kota Depok Mohammad Idris sudah meninjau KBA di RW 16 Kelurahan Baktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok itu. Wali Kota Depok ini pun berniat akan mencanangkan RW 16 menjadi ikon Kota Depok.

Namun demikian, menurut Sumarno, tak mudah menjadikan RW 16 menjadi ikon terutama sebagai ikon wisata Kota Depok. Lokasi RW yang berada persis di tepi Jalan Juanda ini tak memiliki lahan parkir yang memadai sebagai obyek wisata. "Kalau nanti banyak pengunjung yang bawa mobil atau bus parkir di tepi Jalan Juanda, tentu akan mengganggu pengguna jalan lain," jelasnya.

Sumarno mengakui, lahan di RW 16 seluas 4,25 hektare sudah penuh dengan permukiman warga. Hanya ada sedikit ruang terbuka tersisa yang sudah digunakan sebagai sarana olahraga. "Harapan RW wisata terkendala lahan parkir. Jadi ini masih sebatas mimpi kami saja."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement