REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Febrianto Adi Saputro
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menghadiri Konferensi Nasional (Konfernas) Partai Gerindra di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Senin (17/12). Anies ikut berpidato dalam konferensi yang dihadiri tokoh-tokoh nasional pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tersebut.
Dalam pidatonya, Anies optimistis kemenangannya di Pilkada DKI Jakarta dapat dirasakan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga di pilpres 2019. "Insya Allah, apa yang terjadi di Jakarta akan berulang di level nasional," kata Anies diikuti riuh suara tepuk tangan pendukung Prabowo-Sandi yang hadir dalam acara tersebut, Senin (17/12).
Ia pun menceritakan kembali yang terjadi ketika Pilkada Jakarta 2017. Saat itu, elektabilitas Anies dan wakilnya, Sandiaga Uno, sempat diremehkan. Namun, berkat kerja keras, tuntas dan ikhlas dari para pendukungnya, pasangan Anies-Sandi dapat merebut kursi nomor satu di DKI Jakarta.
"Itu bukan kerja satu-dua orang, ini kerja kolosal, mulai dari yang mendoakan, mulai dari yang bekerja di kampung-kampung, semua bergerak dengan perasaan. Ini tanggung jawab kami, ini adalah mandat yang diberikan kepada kami," kata Anies.
Anies menganalogikan perbedaan pertandingan sepak bola dengan pilpres. Menurut dia, puncak kerja di dalam pertandingan sepak bola dapat langsung dirasakan seusai pertandingan selesai. Pada proses pemilu, kerja keras baru dimulai setelah dinyatakan terpilih.
"Jangan pernah anggap enteng pemilihan itu, jangan pernah anggap sepele proses politik, karena di situlah arah perjalanan bangsa ini akan ditentukan," ujar Anies.
Di acara tersebut, capres Prabowo Subianto memberikan pidato politik sebagai penutup Konfernas Gerindra. Dalam pidatonya, Prabowo kembali menyindir para elite yang gagal menjalankan amanah rakyat.
Di depan para pendukungnya, Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mengungkapkan kekecewaannya kepada elite yang kerap memberi arah keliru mengenai kemajuan bangsa Indonesia.
"Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah," kata Prabowo.
Menurut dia, jika sistem yang keliru tersebut diteruskan, hal tersebut akan membuat Indonesia menjadi negara lemah. Bahkan, ia menyebut Indonesia berpotensi punah.
"Sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah, Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya, bahkan bisa punah," ujarnya.