REPUBLIKA.CO.ID, NUSAKAMBANGAN - Tiga narapidana teroris Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pasir Putih mengikrarkan diri meninggalkan pemahaman dan kelompok radikal, Jumat (14/12).
Ketiga narapidana teroris itu adalah: Azzam Al Ghozwah als Abu Yakub (WNI) yang terlibat dalam perencanaan penyerangan Mako Brimob Sumatera Utara; Zainal Hasan alias. Hasan b. Suwarno (WNI), yang terlibat dalam perencanaan pembelian senjata api ke Filipina; dan Mohammad Hasan alias. Fajar Taslim b. Saynudin (WNA Singapura), yang terlibat percobaan pengeboman Cafe Bedudal, percobaan pembunuhan pendeta di Bandung, pembunuhan guru SMP di Palembang, serta beberapa aksi lain.
"Peristiwa ini menjadi hal yang bermakna, baik untuk narapidana terorisme sendiri dan lebih khusus bagi Lapas Pasir Putih,” ucap Kepala Lapas Pasir Putih, Yandi Suyandi dalam siaran persnya, Jumat (14/12).
Ia berharap ikrar kesetiaan para narapidana teroris menjadi awal dari perubahan sikap dan perilaku mereka sehingga kedepannya program pembinaan juga akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
"Yang lebih terpenting, momen ini akan menjadikan narapidana teroris lebih baik lagi,” tambah Yandi.
Sejumlah petugas Pemasyarakatan dan perwakilan Datasemen Khusus 88 turut menyaksikan upacara tersebut.
“Perkembangan dan perubahan kepribadian para narapidana yang mengikuti ikrar dan kesetiaan adalah hasil dari penerapan sistem high risk serta kinerja para petugas,” ungkap Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lapas Pasir Putih, M. Bahrun.
Dari ketiga narapidana yang melakukan ikrar, ada yang terlihat berbeda dimana salah satunya adalah Warga Negara Singapura atas nama Muhammad Hassan bin Saynudin atau lebih dikenal sebagai Fajar Taslim. Ia mengaku telah menyadari apa yang sebelumnya dia yakini dan lakukan adalah sebuah kesalahan dan berjanji akan menebus segala kesalahan masa lalunya dengan membantu negara dalam mengungkap kasus terorisme maupun memerangi paham-paham radikal yang mengatasnamakan agama.
“Kekerasan tidak menyelesaikan masalah apapun, namun dengan perdamaian masalah apapun akan terselesaikan,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, ketiga narapidana juga mengucapkan Teks Pancasila secara bersama-sama serta menghormati dan mencium bendera merah putih sebelum ditutup doa yang dibawakan oleh Edy Warsono, koordinator kerohanian Islam lapas se-Nusakambangan.