REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Beredar kabar sejumlah warga sipil Papua tewas, akibat kontak tembak antara kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) dengan TNI Polri. Menanggapi isu ini, Polri meminta agar seluruh masyarakat yang mendapatkan informasi apa pun, agar dikonfirmasi dan menunggu hasil investigasi dahulu.
“Sampai saat ini kita belum ada laporan dari pihak kepolisian. Apakah itu dari KKB, kita juga belum tahu. Kan bisa saja dia nyerang di sana, kemudian kita mau merapat ambil korban terus terjadi kontak tembak, kemudian dari mereka ada yang tertembak, kita belum tau, perlu identifikasi,” kata Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi Ahmad Mustafa Kamal saat dihubungi Republika, Ahad (9/12).
Ia meminta kepada warga yang mendengar kabar warga sipil meninggal, agar tidak langsung percaya begitu saja. Tidak bisa serta merta apakah benar ada korban meninggal, apakah korban KKSB atau korban peluru nyasar dari KKSB ke arah TNI tapi nyasar ke warga. Semua perlu diluruskan agar informasi yang sampai ke seluruh masyarakat benar adanya.
Tidak bisa juga serta merta mengatakan bahwa Polri tidak profesional, lalu berkembang lagi isu seakan-akan Polri melakukan pemboman dan sebagainya. Polri dengan tegas mengatakan, tidak pernah melakukan tindakan penyerangan yang membahayakan masyarakat, apalagi melakukan pemboman.
“Kalau mau pakai mortir kan bisa cepat sekali, tapi kan kita tidak lakukan itu. Jadi ini sengaja dari kelompok mereka, melakukan pembentukan opini, jadi itu perlu kita waspadai,” papar Kamal.
Kondisi alam Papua yang berupa hutan dan pegunungan di atas 10 ribu kaki, bahkan suhu di sana sedang berada di titik enam derajat celsius, ini mengharuskan semua pihak agar tidak mudah percaya dengan satu sumber informasi saja. Karena dari pengalaman sebelumnya soal jumlah karyawan PT Istaka Karya yang tewas saja, jumlah awalnya itu salah.
Awalnya, kepolisian mendapat informasi bahwa jumlah karyawan yang bekerja dalam proyek di Nduga itu, ada 32 karyawan, namun setelah dicek ternyata yang bekerja hanya 28 orang dan empat karyawan sedang cuti. Sehingga empat orang yang sedang cuti itu, tidak ikut menjadi sasaran pembantaian.
“Info itu (jumlah karyawan) sama juga kita dapat dari masyarakat dan tokoh masyarakat, kita himpun terus kita muncul kan tadinya ada 31 karyawan ternyata ada 32 karyawan. Lalu yang empat sedang cuti kan itu tidak diceritakan. Jadi seperti itu, masih dapat kabar yang belum total, setelah ketemu semua baru terurai,” jelas Kamal.
Apalagi saat melakukan evakuasi di medan yang cukup berat itu, KKSB sudah menunggu kedatangan tim evakuasi TNI Polri untuk kemudian mereka serang. Jadi saat tim evakuasi diserang, tentu tim perlu melakukan perlindungan dengan kembali meluncurkan tembakan.
Masyarakat juga diharapkan dapat memaklumi karena kondisi alam Papua yang menimbulkan sedikif kendala, apalagi lokasi sisiran-sisiran penting itu sangat terjal. Sehingga, untuk jalan dari titik ke titik dengan berjalan kaki misalnya satu kilometer, itu akan memakan banyak energi karena lokasi yang harus disisir ini naik, turun, dan terjal.
“Konsentrasi kita ini bukan serang-menyerang, tapi untuk mengevakuasi dan mencari para korban,” tegas Kamal.