REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Komunitas Bela Indonesia (KBI) menggelar rangkaian akhir ‘Pelatihan Juru Bicara Pancasila. Sebanyak 25 provinsi sudah disambangi KBI untuk mengampanyekan Pancasila, dan kesadaran Indonesia sebagai rumah.
Dalam siaran persnya KBI menyebutkan memudarnya kesadaran masyarakat untuk meneguhkan ideologi Pancasila sebagai perekat bangsa memang membuat banyak pihak prihatin. Apalagi ditambah dengan menguatnya sektarianisme dan politisasi agama yang membuktikan bahwa falsafah kebangsaan yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa sudah mulai tergerus.
“KBI lahir dari keresahan kami terhadap semakin tergerusnya ideologi bangsa yang beragam ini oleh ancaman penyeragaman dan munculnya ideologi alternatif yang berpotensi mengancam kesatuan NKRI,” ujar Elza Peldi Taher dalam sambutannya di pembukaan Pelatihan Juru Bicara Pancasila di Bandung.
Kegiatan pelatihan ini diikuti 40 peserta terpilih dari Bandung dan sekitar Jawa Barat. Mereka mendapatkan materi menulis, berdebat, serta manajemen media sosial secara intensif selama empat hari.
Elza mengatakan kegiatan ini pada buku panduan yang telah dipersiapkan, yakni buku 'Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia', yang ditulis oleh Denny JA dan Tim. "Buku ini adalah semacam panduan teoretis bagi masyarakat untuk memahami Pancasila dalam konteks kekinian yang pro terhadap hak asasi manusia dan sistem demokrasi modern,” ungkapnya.
Dalam pelatihan ini, KBI menggandeng Sekolah Damai Indonesia (SEKODI) Bandung sebagai partner lokal. SEKODI Bandung berasal dari inisisasi Sekolah Damai Indonesia yang didirikan para alumni School of Peace. Sekolah yang berdiri Februari 2018 ini mengusung nilai-nilai toleransi, keterlibatan bersama, serta transformasi sosial jangka panjang.
Pelatihan ini, lanjut Elza, melibatkan berbagai elemen bangsa yang peduli pada penguatan keberagamaan dan kehidupan bangsa yang damai, agar turut terlibat dan berkontribusi aktif dalam proses kampanye positif, baik di komunitasnya maupun di dunia maya.
Koordinator KBI Anick HT, menjelaskan bahwa pengelolaan media sosial menjadi salah satu titik tekan penting dalam pelatihan ini. Seperti diketahui, saat ini ruang media sosial adalah ruang pertarungan yang sangat mempengaruhi opini publik.
“Sekarang ini, orang baik harus berisik di media sosial,” tambahnya.
Selain itu, kata dia, KBI juga menyiapkan program lanjutan, agar alumni pelatihan juga melakukan kerja-kerja dan kampanye kebangsaan dalam bentuk aksi nyata. Dengan begitu pelatihan ini tak berhenti di ruangan saja, tetapi juga bisa aplikatif di lapangan. Kegiatan ini bahkan diharapkan mampu menginspirasi orang lain untuk turut menjaga Indonesia sebagai rumah bersama yang damai.