Sabtu 08 Dec 2018 12:51 WIB

Halmahera Utara Bangun Pusat Distribusi Hortikultur

Pemantauan harga pangan sangat penting untuk pengambilan kebijakan membantu warga.

Kepala BKP Agung Hendriadi memantau penjualan produk hortikulturan tomat dan cabai merah di Desa Nidinho, Halmahera Utara, Jumat (7/12).
Foto: Foto: Agus Yulianto/Republika
Kepala BKP Agung Hendriadi memantau penjualan produk hortikulturan tomat dan cabai merah di Desa Nidinho, Halmahera Utara, Jumat (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA -- Program pemberdayaan masyarakat Smallholder livelihood Development Program (Solid) yang digagas Badan Ketahanan Pangan (BKP) di wilayah Itimur Indonesia, memberikan hasil yang memuaskan. Produk hortikultura yang dihasilkan petani mitra binaan Solid pun mengalami peningkatakan signifikan. Namun, pemasaran menjadi kendala serius yang dihadapi petani setempat.

"Insya Allah, di Maluku Utara ini akan bangun segera pusat distribusi hortikultur. Petani nantinya bisa menafaatkan segala fasilitas yang ada di pusat distribusi ini," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi menjawab Republikaa.co.id, di Halmahera Utara, Jumat (7/12).

Dikatakan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Maluku Utara Saeful Turuy, keberadaan pusat distribusi pangan ini sudah sangat mendesak. Ini, kata dia, karena potensi hasil pertanian, khususnya hortikultura di Malaku Utara cukup besar. 

 

"Kita ingin menyelamatkan produksi hortikulturu yang dihasilkan petani Malut. Apalagi, produksi ini cepat mudah busuk," katanya. Dengan demikian, petani tidak merugi akibat produksinya tidak laku terjual karena mengalami busuk.

Tak hanya itu, kata Saeful, di pusat distribusi hortikulura ini juga ada pusat informasi data menyangkut harga-harga produk hortikultura. Melalui jaringan internet, petani bisa melihat pergerakan harga yang terjadi.

"Dengan demikian, petani pun tidak dipermaikan oleh para tengkulak karena mereka sudah memiliki informasi menyangkut harga yang berlaku hari ini," katanya.

Permainan harga yang dilalukan oleh tengkulak dan mafia pasar pernah dialami Ardiansya (36 tahun) petani di Desa Nidinho, Halmahera Utara saat ditemui Republika.co.id, akhir pekan. Dia mengaku terpaksa menjual tomat yang barusan dipanennya dengan harga murah di Pasar Ternate, Maluku.

"Itu badar dan pedagangnya nakal-nakal. Mereka mempermainkan harga beli tomat yang saya tawarkan. Dari pada dibawa pulang lagi dan kemudian busuk, saya terpaksa menjualnya," katanya.

Karena itu, dia yang juga menjadi Ketua Federasi Petani di Nidinho, meminta bantuan kepada Badan Ketahanan Pangan dan juga Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara untuk menjacarikan solusinya. 

Dikatakan Kepala BKP Agung Hendriadi, pemantauan harga dan pasokan pangan pokok strategis, baik di pasar atau konsumen serta tingkat produsen sangat penting bagi petani, maupun konsumen. Apalagi, menjelang dan saat Hari-hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), fluktuasi harga sangat cepat berubah. 

Pihaknya sangat berkepentingan terhadap informasi ketersediaan pangan yang cukup dan harga yang stabil. Informasi ini harus disampaikan ke publik, supaya mencegah tindakan spekulatif.

"Memasuki Natal dan Tahun Baru 2019, kita harus mencermati betul informasi pasokan serta harga pangan strategis. Jangan sampai terjadi gejolak yang meresahkan masyarakat," ujarnya. 

Hal ini pun, kata dia, sangat penting karena akan menjadi langkah bagi pemerintah untuk mencarikan solusinya ketika stok menipis maupun harga-harga bergerak naik. Kata dia, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain melalui gelar pangan murah dan menyalurkan komoditas pangan dari daerah yang surplus ke daerah yang kekurangan. 

"Gejolak harga di masyarakat tidak hanya disebabkan karena kurangnya pasokan pangan, tetapi juga dipengaruhi oleh informasiharga. Di sini pentingnya kita jaga psikologis masyarakat," ujarnya. Yang jelas, kata Agung, hingga saat ini, kondisi pasokan dan stok bahan pangat strategis terbilang aman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement