REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polres Jakarta Barat mengungkap ratusan kasus narkoba selama 2018. Dari kasus tersebut, peredaran narkoba dominan terdapat di lingkaran komplotan begal, dikendalikan dari penjara, dan ada pula yang melibatkan jaringan internasional.
Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Erick Frendriz mengatakan, barang bukti yang ditemukan merupakan narkoba dengan kualitas terbaik. Hal itu terbukti dari pemeriksaan laboratorium.
"Contohnya, pada barang bukti 1,3 ton ganja merupakan kualitas terbaik yang diperoleh dari wilayah Aceh pada Januari silam," kata Erick, Jumat (7/12).
Pada pengungkapan pabrik sabu di Cipondoh, Tangerang, Banten, Agustus lalu juga menjadi kasus besar yang terungkap oleh Polres Jakarta Barat. Pabrik itu terbukti menghasilkan sabu kualitas impor dengan bahan baku lokal.
Masih di bulan Agustus, pengungkapan kasus narkotika jenis sabu dengan barang bukti sebanyak 30 kg di Koja, Jakarta Utara menjadi sorotan. Sabu ini diketahui beredar sampai ke jaringan komplotan begal di Jakarta Utara.
Sebulan kemudian, Polres Jakarta Barat mengungkap keberadaan pabrik ekstasi di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Ini merupakan pertama kali ditemukan pabrik ekstasi dengan bahan baku sabu yang memberikan efek halusinasi, anti depresan, dan stimulan.
"Ironisnya, pabrik ini dikendalikan oleh jaringan lapas," ucap Erick.
Lantas, pada akhir November, Polres Jakarta Barat mengungkap temuan 44 kilogram sabu di Pelabuhan Rakyat Cilegon, Banten. Kasus ini melibatkan jaringan Internasional Taiwan yang dipasok melalui Medan-Aceh.
Barang haram yang diduga akan diedarkan pada saat pergantian tahun 2018 itu dibawa melalu jalani darat ke Lampung dan dibawa dengan perahu menyeberangi selat Sunda.