REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi belum bisa mencapai lokasi penembakan dan pembunuhan 31 pekerja proyek Trans Papua di Distrik Yapi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Hal ini terjadi lantaran anggota kepolisian di lapangan kesulitan melewati medan yang harus ditempuh menuju lokasi penembakan.
“Sampai sekarang anggota kita belum sampai TKP (tempat kejadian perkara), jadi saya belum bisa cerita banyak karena anggota kita belum ketemu TKP-nya,” tutur Kapolda Papua Brigjen Martuani Sormin Siregar melalui sambungan telepon kepada Republika.co.id, Rabu (5/12).
Dia mengatakan, anggotanya telah bergerak menuju distrik Yigi sejak Selasa (4/12) kemarin. Namun karena lokasi kejadian tidak dapat ditempuh dengan kendaraan sehingga anggota harus melakukan perjalanan kaki mencari TKP pembunuhan.
“Jadi anggota harus jalan kaki karena kondisi geografis yang juga sangat berat, sampai saat ini anggota kita belum ketemu TKP-nya,” kata Martuani.
Perjalanan yang harus dilewati terangnya, adalah perbukitan-perbukitan terjal. Karena itu, Martuani meminta waktu serta berharap agar anggota pun selamat dalam upaya mencapai lokasi untuk melakukan evakuasi para korban.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Musthofa Kamal menuturkan bahwa untuk menuju TKP pun anggota telah diadang pohon-pohon yang sengaja dirobohkan. Sehingga upaya untuk menembus TKP masih terus diupayakan untuk segera mungkin ditemukan.
“Kami masih berupaya untuk segera mungkin dapat menuju TKP untuk memastikan bagaimana peristiwa ini terjadi, kondisinya bagaimana, dan kami akan segera tindak lanjut,” ucapnya.
Tim gabungan Polri-TNI yang telah dikerahkan sebanyak 153 personel. Mereka masih berupaya untuk mencari lokasi penembakan 19 orang pekerja proyek jembatan di Papua menjadi korban penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Bahkan KKB juga telah melukai anggota TNI. Satu orang tertembak dan satu lagi mengalami luka.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, menyebutkan, jumlah korban meninggal dunia dari pembunuhan di Nduga, Papua, berjumlah 19 orang. Ia menyebutkan, enam dari 25 orang karyawan PT Istaka Karya yang ditahan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) berhasil melarikan diri, tapi dua orang di antaranya kini masih belum ditemukan.
"Bukan 31 ya, tapi dari 25 yang mereka tahan. Mereka melakukan penembakan yang sangat brutal," ujar Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (5/12).
Ia menyebutkan, dari 25 orang tersebut, ada enam orang bisa melarikan diri. Sementara, 19 orang lainnya ditembak dan meninggal dunia. Dari enam orang tersebut, empat orang berhasil diselamatkan pasukan gabungan TNI-Polri dan dua orang lainnya masih belum ditemukan.
"Empat bisa diselamatkan oleh pasukan kita dan dua sedang dilakukan pencarian," kata Wiranto.