Kamis 29 Nov 2018 21:04 WIB

KNKT: CVR Lion Air Bisa Ubah Temuan Investigasi Kecelakaan

KNKT mendatangkan alat yang lebih canggih dari Malaysia untuk mencari CVR Lion Air.

Red: Nur Aini
Penyelidik dari Komite Nasional Keselamatan dan Transportasi (KNKT) Indonesia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika serikat saat memeriksa puing-puing pesawat Lion Air JT 610 di Terminal JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penyelidik dari Komite Nasional Keselamatan dan Transportasi (KNKT) Indonesia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika serikat saat memeriksa puing-puing pesawat Lion Air JT 610 di Terminal JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi menyatakan analisis investigasi kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang bisa berbeda apabila kotak hitam cockpit voice recorder ditemukan mengingat adanya data-data tambahan di dalamnya.

"Bisa saja. Jadi, bisa saja analisis lain, semua kemungkinan ada. Tapi, apa ada kemungkinan in line (sesuai) dengan yang kita jalankan, bisa saja," kata Koordinator Investigasi Keselamatan Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Oni Soerjo Wibowo usai konferensi pers di Jakarta, Kamis (29/11).

KNKT masih akan melakukan pencarian cockpit voice recorder (CVR) dengan menggunakan alat yang lebih canggih dari Johor, Malaysia. Ia menjelaskan kapal yang didatangkan tidak perlu menggunakan jangkar serta dilengkapi fasilitas dynamic positioning.

"Kalau kapal digoyang ombak ke kiri, kalau ingin tetap di lokasi itu akan kembali lagi, sehingga tidak perlu jangkar," katanya.

Kedua, kata dia, untuk pencarian kali ini penyelam dibekali alat khusus komunikasi agar lebih presisi dalam pencarian target.

"Fasilitasnya supaya penyelam bisa komunikasi secara live bisa lihat mereka sedang apa, perintahkan ambil ini itu," katanya.

Ketiga, yakni penyedot lumpur untuk mencari CVR yang kemungkinan besar terpendam di dalamnya.

"Kalau disapu, debu naik dan pandangan jadi terbatas, makanya pakai penyedot lumpur, jadi lumpur disedot dipindahkan ke suatu tempat untuk ditampung, jadi kita lihat apa di situ. Syukur-syukur ketemu CVR," katanya.

Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan saat ini kapal masih berada di Singapura serta harus mengambil alat-alat di Johor, Malaysia.

"Kita sudah mengajukan proses perizinan berupa operasi di bawah air dan penutupan area di lokasi pencarian. Dua hal ini kita siapkan mudah-mudahan dalam waktu dekat terlaksana semua dan pencarian dimulai," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement