REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta Ida Harwati membenarkan tiga penyu mati di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu. Kematian ketiga ekor penyu ini diduga akibat sampah plastik dan minyak mentah.
"Memang benar pada 27 November 2018 ditemukan tiga ekor penyu yang mati. Tapi, kondisinya sudah membusuk, jadi tidak dievakuasi ke darat. Sudah tertutup lendir, di mulutnya sudah ada plastik, begitu juga dengan sela-sela kaki depannya," ujar Ida di Jakarta, Rabu (28/11).
Ida menjelaskan, kematian penyu jenis sisik itu belum bisa dipastikan karena tidak dilakukan pembedahan. Tapi, pihaknya yakin penyu mati akibat sampah plastik dan tumpahan minyak yang berada di sekelilingnya.
BKSDA DKI sebelumnya tidak pernah menerima laporan penyu mati dari Januari hingga November 2018. "Kami baru dapat infonya baru Selasa ini. Mungkin matinya dari kemarin karena saat ditemukan kondisinya sudah membusuk, dua hari mungkin," tambahnya.
Lokasi penemuan penyu mati berada tak jauh dari Pulau Pari, sekitar 150 meter. Kini, BKSDA DKI dan Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) Pulau Pari membiarkan penyu-penyu mati itu mengambang di laut berhubung kondisinya yang membusuk.
Sebelumnya, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyebut kabar tercemarnya Pulau Pari, Kepulauan Seribu, oleh minyak atau pek dan sampah yang sempat meluas di media sosial dipastikan berasal dari sampah kiriman. Yusen menegaskan, jajarannya telah membersihkan sampah yang jumlahnya mencapai 40 ton itu.