REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia Tarsoen Waryono meminta pemerintah lebih berkomitmen menjaga lingkungan dari plastik dan sampah plastik termasuk melakukan penelitian banyaknya mikro plastik di wilayahnya. Selain itu, guru juga diminta lebih mensosialisasikan bahaya plastik pada anak didiknya sejak dini.
Menurutnya, mestinya pemerintah daerah-pemerintah daerah (pemda) yang wilayahnya memiliki laut harus melakukan penelitian mengenai laut-laut yang memiliki mikro plastik. Setelah mengetahui kadar mikro plastik, kata dia, pemerintah daerah bisa melaporkan ke pemerintah provinsi dan pusat supaya sampah plastik yang ada di lautan daerahnya diangkat ke daratan.
"Mikroplastik ini bisa dijaring dan diangkat ke daratan seperti di Jepang," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (27/11).
Tak hanya itu, ia juga mendorong setiap dinas lingkungan hidup memiliki kepedulian lebih terhadap plastik khususnya dengan alokasi anggaran. Ia menyebut di Indonesia, anggaran untuk lingkungan hidup bukanlah prioritas.
"Anggaran untuk lingkungan hidup memang kecil, bahkan mungkin no 19," ujarnya.
Pemerintah juga diminta untuk menutup pabrik plastik dan menggantinya dengan pabrik yang bahan bakunya ramah lingkungan seperti kertas dari padi yang pernah diproduksi 1970-an lalu. Tak hanya pemerintah yang diminta bertindak, ia juga meminta para guru untuk lebih memperdalam bahaya plastik kemudian bisa mensosialisasikan pada anak didiknya.
Sebab, kata dia, mikroplastik sebenarnya sudah ada sejak 10 tahun tapi baru terkenal akhir-akhir ini. "Sehingga masyarakat luas belum mendapat informasinya," katanya.
Padahal, kata dia, pelajaran mengenai bahaya plastik sudah ada namun para pendidik kurang mengelaborasi penyebabnya dan jenisnya.