REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan politik kebudayaan dan politik lingkungan hidup berkelanjutan menjadi salah satu prioritas pasangan Calon Presiden (Capres)-Wakil Presiden (Cawapres) nomor 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding, mengatakan kedua isu ini merupakan isu politik dan negara yang memiliki tujuan mulia demi masa depan bangsa.
Menurut dia, politik berbudaya dan lingkungan lestari harus menjadi infrastruktur kehidupan bangsa. "Pertama, politik kebudayaan karena kita sedang mengalami tantangan arus anti-toleransi, anti-pluralisme. Kita mengalami tekanan dari sebuah gerakan in-toleran, kehendak untuk menyeragamkan budaya berbeda yang maha kaya," kata dia dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (17/11).
Legislator asal Dapil Jawa Tengah VI ini menyebut beberapa negara besar, bahkan aktor-aktor penting pemerintahan di Amerika Serikat sedang terjangkiti pola sikap demikian. Beberapa negara di benua Eropa juga mengalami tantangan nasionalisme yang salah kaprah.
"Nasionalisme mereka jadi sempit. Sebuah bangunan watak nasionalisme yang menisbikan kemanusiaan sebagai akar fundamentalnya," tegas dia.
Terkait dengan politik lingkungan hidup, Karding menilai sangat relevan dengan Poros Hijau Indonesia. Pandangan masyarakat yang justru bertentangan dengan nilai kelestarian lingkungan harus segera diubah.
"Tidak boleh pandangan kita ke depan justru bakar hutan, eksploitasi tambang. Pandangan-pandangan seperti itu akan menjadi benalu bagi masa depan anak-anak kita, generasi penerus bangsa," ungkap dia.
Karding mengajak seluruh lapisan masyarakat tak salah memilih pemimpin. Pemimpin bangsa Indonesia harus memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
"Jadi yang dibutuhkan negara ini adalah pemimpin yang komitmen melestarikan kualitas lingkungan hidup berkelanjutan. Pak Jokowi bukan hanya bicara, buktinya sudah diwujudkan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu," pungkas Karding.