Rabu 15 Nov 2017 04:14 WIB

Polarisasi Pengaruh Ulama di Pilpres 2019 Menurut Survei LSI

Ada lima ulama yang dinilai berpengaruh berdasarkan survei LSI Denny JA.

Rep: Antara, Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiah pada tablig akbar di Lapangan upacara Lhoksukon, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Ahad (11/11/2018).
Foto: Antara/Rahmad
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiah pada tablig akbar di Lapangan upacara Lhoksukon, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Ahad (11/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul di pemilih yang mendengarkan imbauan tiga ulama. Tiga ulama itu adalah Ustaz Arifin Ilham, Ustaz Yusuf Mansur, dan Ustaz Abdullah Gymnastiar.

"Kalau kita lihat, mereka yang dengarkan imbauan dua ulama yaitu Ustaz Abdul Somad dan Habib Rizieq Shihab adalah orang yang cenderung memilih Prabowo-Sandi. Dan masyarakat yang dengarkan imbauan Ustaz Arifin Ilham, Ustaz Yusuf Mansur, dan Ustaz Abdullah Gymnastiar cenderung memilih Jokowi-Ma'ruf," kata Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/11).

Kelima ulama yang dianggap masyarakat paling berpengaruh berdasarkan survei LSI Denny JA adalah Ustaz Abdul Somad, Ustaz Arifin Ilham, Ustaz Yusuf Mansur, Ustaz Abdullah Gymnastiar, dan Habib Rizieq Shihab. Ada tiga syarat utama kriteria ulama berpengaruh versi LSI Denny JA yaitu tingkat pengenalan diatas 40 persen, tingkat kesukaan diatas 50 persen, dan kemampuan mempengaruhi diatas 15 persen.

Ikrama menjelaskan, polarisasi pemilih pasangan capres-cawapres yang mendengarkan imbauan ulama, sudah lama terjadi. Dia mengatakan, Ustaz Arifin Ilham yang selama ini diasosiasikan mendukung Prabowo-Sandi, namun dalam survei LSI Denny JA menunjukkan, masyarakat yang mendengar imbauannya adalah pemilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 48,7 persen dan pemilih Prabowo-Sandi 45,7 persen.

photo
Ustaz Muhammad Arifin Ilham baru mendarat di salah satu kota tujuan dakwahnya.

Sementara, imbauan Ustaz Yusuf Mansur yang didengar pemilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 49 persen dan pendukung Prabowo-Sandi 44,4 persen. Imbauan Aa Gym yang didengar pemilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 49,2 persen dan pemilih Prabowo-Sandi 46,2 persen.

"Responden yang mendengar imbauan UAS dan Habib Riezieq meskipun mayoritas pendukung Prabowo-Sandi namun angkanya tidak bulat," ujarnya.

Ikrama menjelaskan sebanyak 54,3 persen responden yang mendengarkan imbauan UAS adalah pemilih Prabowo-Sandi dan 38,6 persen pendukung Jokowi-Ma'ruf. Ikrama mengatakan sebanyak 63 persen responden yang mendengarkan imbauan Habib Rizieq adalah pemilih Prabowo-Sandi dan 31,5 persen pendukung Jokowi-Ma'ruf.

"Angka yang mendukung Prabowo-Sandi bulat namun tidak signifikan," katanya.

Survei LSI Denny JA tersebut dilakukan sejak 10-18 Oktober 2018 melibatkan 1.200 responden dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen. Wawancara survei dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuesioner terhadap responden yang terpilih melalui metode multistage random sampling.

Selain menggunakan metode kuantitatif, survei tersebut dilengkapi dengan riset kualitatif melalui metode forum group disccusion, analisis media dan wawancara mendalam dengan biaya survei secara mandiri.

Baca juga

Pengaruh Habib Rizieq

Habib Rizieq Shihab (HRS) masuk sebagai salah ulama berpengaruh dalam Pilpres 2019 berdasarkan survei LSI Denny JA. Imam Besar FPI itu berada digolongan yang sama dengan Abdul Somad, Arifin Ilham, Yusuf Mansur dan Abdullah Gymnastiar (AA Gym).

"Namun, pengaruh Habib Rizieq Shihab berkurang semenjak tidak lagi berada di Indonesia dan dicitrakan bermasalah hukum," kata peneliti LSI Denny JA, Ikram Masloman di Jakarta, Rabu (14/11).

Berdasarkan hasil survei LSI, tingkat pengenalan HRS meningkat dari 48,7 persen pada Desember 2016 menjadi 53,4 persen pada Oktober 2018. Namun, tingkat kesukaan HRS berkurang dari 67,3 persen pada Desember 2016 menjadi 52,9 persen pada Oktober 2018.

"Masyarakat yang mengikuti imbauannya juga berkurang drastis dari 31,4 persen menjadi 17 persen sejak Desember 2016 hingga Oktober 2018," kata Ikram lagi.

Menurut Ikram, HRS masih memiliki pngaruh meski mengalami penurunan. Rizieq berpotensi menyumbang 63 persen suara kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan 31,5 persen ke Jokowi-Ma'ruf dari 17 persen warga yang mengikuti imbauannya.

[video] Penilaian Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Terhadap HRS

Sikap wajar ulama

Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, dukungan ulama kepada pasangan bakal capres dan cawapres merupakan hal yang wajar. Menurut dia, itu merupakan bentuk kejamakan ulama di Indonesia.

"Ulama ini kan tidak tunggal di Indonesia. Ada sebagian ulama memang senang dengan Prabowo, juga Jokowi," kata dia di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Menteng, Jakarta Pusat, Senin (17/9).

Ia menilai, dukungan kepada ulama adalah bentuk demokrasi partisipatoris. Dengan begitu, rakyat dapat berpartisipasi langsung dalam demokrasi. Artinya, demokrasi berjalan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Saat ini, kata dia, masyarakat dapat mengawal langsung capres dan cawapres. "Tidak ada yang salah, biar saja mereka berekspresi. Bahwa warga negara yang memiliki hak memilih, yang memiliki preferensi pilihannya itu tidak ada yang salah. Mereka punya otoritas," ujar dia.

Dengan otoritas yang dimiliki, Siti menyebutkan, wajar jika para ulama memilih calon yang sesuai dengan pikirannya. Dukungan itu, kata dia, justru tidak boleh diteror. Pasalnya, hal itu merupakan bagian dari kemewahan demokrasi.

Menurut dia, demokrasi adalah memberikan ruang yang sama bagi warga negara untuk memilih sesuai dengan preferensinya. "Biar saja. Itulah demokrasi. Tapi tidak boleh mengatakan yang lain jelek, kecuali program dan kualitasnya, disampaikan saja," kata dia.

Karena itu, ia melanjutkan, tak masalah jika ulama terbagi dalam dua kelompok pendukung capres dan cawapres. Pasalnya, pemilu merupakan ajang bagi ulama, yang juga bagian dari masyarakat untuk menentukan pilihan. "Kecuali enggak ada pemilu, ada kayak gini aneh. Ini memang pemilu, so what? Jangan di sebelah sana boleh, di sini enggak boleh. Harus ada fairness, keadilan di situ," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement