Sabtu 10 Nov 2018 20:18 WIB

KNKT Teruskan Mencari Kotak Hitam Lion Air

Operasi SAR kecelakaan pesawat Lion Air sudah dihentikan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas mengangkat puing pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Petugas mengangkat puing pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan tetap mencari black box Lion Air meskipun telah dilakukan penghentian secara resmi operasi SAR kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610.  Ketua KNKT Soerdjanto memberikan apresiasi dan komitmen untuk terus menjalin komunikasi, koordinasi, dan tetap bersatu padu untuk tugas-tugas negara yang lain.

Soerdjanto mengatakan, KNKT akan tetap mencari black box. Meskipun KNKT belum menetukan batas waktu pencarian black box yang jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10), KNKT tetap mempertimbangkan biaya pencarian karena sejumlah peralatan didatangkan dari luar negeri.

 "Kami belum tahu sampai kapan pencarian ini bisa kami lakukan. Tentunya juga kami harus juga nantinya berpikir masalah biaya karena biaya pencarian Black box ini cukup masif dan melibatkan banyak ikut main equipment yang kita dapatkan dari baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri," kata dia.

Hari ini, Basarnas Hentikan Operasi Pencarian Korban Lion

Dia mengatakan KNKT pada hari Jumay sudah mengoperasikan pinker yang lebih mutakhir dan paling sensitif. "Pinker finder ini sudah kita on boat-kan, namun sampai hari ini kami masih belum bisa menemukan posisi CVR (Cockpit Voice Recorder-red) atau black box yang satu lagi," kata dia.

Menurutnya, KNKT akan menggunakan beberapa kapal yang dilengkapi dengan Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV) atau alat pendeteksi logam yang lebih besar lebih canggih, serta terdapat 4 kamera dan pada ROV juga akan ada side scan sonar. "Yang paling penting di sini ada equipment baru yang on boat kan di ROV yaitu sub-bottom proviling yang bisa mendeteksi benda-benda di dalam lumpur sampai kedalaman 4 meter," kata dia.

"Namun hal ini perlu persiapan karena barangnya perlu di-instal di kapal memerlukan waktu penginstalannya sekitar 2 sampai 3 hari sambil kapalnya berlayar menuju Jakarta. Kapal dan peralatan tersebut sekarang ada di Surabaya yang rencananya besok lusa akan mulai bergerak ke Jakarta setelah pemasangan ROV beserta peralatannya di kapal tersebut," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement