Selasa 06 Nov 2018 17:58 WIB

Ini Kesulitan DVI Polri Identifikasi Jenazah Korban Lion Air

Kondisi jenazah menentukan seberapa cepat proses identifikasi bisa dilakukan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bayu Hermawan
Kantong jenazah korban Lion Air di RS Polri (ilustrasi)
Foto: Republika/Imas Damayanti
Kantong jenazah korban Lion Air di RS Polri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes DVI Polri Kombes Putut T Widodo menjelaskan kesulitan utama yang dihadapi oleh dokter forensik, dalam mengidentifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Kondisi jenazah menentukan seberapa cepat proses identifikasi bisa dilakukan.

"Dua kendala utama itu kontaminasi dan degradasi (pembusukan)," ujar Putut di RS Polri Kramat Djati, Jakarta Timur, Selasa (6/11).

Putut menjelaskan, kontaminasi ini terjadi karena dalam satu kantong jenazah berisi beberapa potongan tubuh yang berasal dari sel-sel berbeda, sehingga semua tercampur. Hal ini yang menjadi kesulitan tersendiri dan butuh waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil identifikasi.

"Kontaminasi jelas terjadi. Satu kantong itu lebih dari satu jenazah, belum lagi kalau satu dan lainnya saling bersentuhan, itu bisa tercampur. Bisa diatasi tetapi perlu waktu, sekitar empat hari plus tergantung ketemunya," jelasnya.

Kemudian jika kondisi jenazah sudah dalam keadaan degradasi, untuk mengidentifikasi DNA akan sulit karena harus mencari dulu bagian mana yang masih dapat diambil sebagai sampel. "Kemudian degradasi, semakin lama, semakin sulit. Dua-duanya (kontaminasi dan degradasi) berpengaruh. Itu yang terakhir kesulitan dari proses identifikasi," jelasnya.

Sementara Ketua Tim Posmortem RS Polri Kombes Adang Azhar mengatakan, hingga saat ini kesulitan dalam pemeriksaan jenazah belum ada yang terlalu signifikan. Dokter forensik hanya perlu memilah metode mana yang akan dipakai untuk melakukan identifikasi jenazah, tergantung kondisi jenazah apakah masih utuh atau berupa potongan tubuh.

"Kalau utuh kita lebih mudah, kalau tidak utuh ada lagi metode lain, kita tinggal minta bantuan tenaga ahli. Kalau banyak potongan, kita sudah ada ahlinya juga, jadi tinggal pilih metodenya saja. Kalau dari segi waktu, kalau masih utuh bisa cepat, tapi kalau potongan perlu metode bantuan yang lain," jelasnya, Selasa (6/11).

Sebelumnya, maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang mengalami hilang kontak, Senin (29/10) pagi. Pesawat tersebut melakukan take off pada pukul 6.20 WIB lalu hilang kontak pada pukul 6.33 WIB, dan telah dinyatakan pesawat jatuh namun masih didalami penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

Pesawat membawa 188 orang, dengan 181 penumpang di antaranya 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak, dan dua bayi, kemudian tujuh crew pesawat di antaranya dua Pilot, dan lima pramugari. Pilot sempat meminta kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

FDR Blackbox dari pesawat tersebut memang telah ditemukan, serta puing-puing pesawat. Namun untuk dapat mengungkap penyebab kecelakaan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), masih menunggu CVR blackbox lagi yang belum ditemukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement