Rabu 31 Oct 2018 08:56 WIB

Mengaudit Lion Air, Membuka Buku Catatan Penerbangan

Sempat beredar buku catatan penerbangan PK-LQP dari Denpasar ke Jakarta.

Rep: Tim Republika/ Red: Elba Damhuri
Anggota Basarnas dan TNI AL melakukan penyisiran korban dan serpihan  pesawat jatuh Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Selasa (30/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Anggota Basarnas dan TNI AL melakukan penyisiran korban dan serpihan pesawat jatuh Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Selasa (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID  Indonesia kembali berdukacita. Pesawat penumpang Lion Air JT610 Jakarta-Pangkal Pinang mengalami kecelakaan.

Tim SAR dan aparat kini masih berjibaku mencari ratusan penumpang dan kru pesawat. Sementara, Lion Air menghadapi tekanan kuat dari publik.

Pemilik Maskapai Lion Air Group Rusdi Kirana akhirnya angkat bicara soal kecelakaan pesawat Lion Air JT610. Rusdi yang juga masih menjadi duta besar RI untuk Malaysia ini menyatakan, pihaknya siap diaudit oleh pihak yang berwenang akibat insiden kecelakaan pesawat dengan nomor register PK-LQP tersebut.

Rusdi menegaskan Lion Air tidak keberatan diberi sanksi jika temuan audit menyatakan maskapai itu bersalah. "Kita tidak keberatan jika ada penalti kalau ada hasil temuan yang menurut itu salah," kata Rusdi Kirana di Jakarta Timur, Selasa (30/10) sore.

Saat ini proses investigasi dan evakuasi bangkai pesawat masih berlangsung dan Rusdi  mengaku tidak ingin terlalu dini berspekulasi. Ia menilai terlalu awal berbicara siapa yang bersalah dalam kecelakaan tersebut.

Rusdi pun meminta keadilan atas kejadian ini. Kesiapan perusahaan dipenalti, menurut dia, bukan berarti minta untuk disalahkan.

Rusdi beralasan Lion Air Group hingga saat ini telah memiliki 30 ribu lebih karyawan. Dalam sehari, seluruh penerbangan domestik Lion Air Group mengangkut 200 ribu penumpang.

"Kita tidak minta justifikasi (disalahkan) karena emosi. Kita semua harus mengacu kepada aturan dan undang-undang, tidak bisa berdasarkan emosi," ujar dia.

Lagipula, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang mengalami kecelakaan tersebut merupakan keluaran terbaru. Lion Air Group telah memesan 280 unit pesawat dan baru datang sebanyak 11 unit di tahun ini.

Perusahaan juga belum menentukan langkah ke depan apakah akan menghentikan menunda pembelian atau melanjutkan. Hal ini mengingat, Boeing 737 MAX 8 merupakan generasi terakhir sedangkan generasi sebelumnya sudah tidak diproduksi.

Pesawat keluaran terbaru ini, papar Rusdi, membuktikan Lion telah memberikan kenyamanan dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. "Jadi kalau ada masalah yang diperbaiki permasalahannya, karena ini sifatnya transportasi. Tidak ada yang bicara (transportasi) semua sempurna," ujar dia.

Lion Air masih menunggu hasil investigasi dan audit. Apakah penyebab kecelakaan tersebut disebabkan karena kesalahan pilot, pesawat, udara, atau karena adanya human error. Saat ini, kata Rusdi, yang terpenting adalah evakuasi korban serta penanganan keluarga korban yang menunggu kepastian.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menginvestigasi penyebab kecelakaan pesawat tersebut. kendati demikian, sejumlah keterangan dari pihak-pihak terkait sudah dilansir terkait kecelakaan tersebut. Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, menyatakan, cuaca saat pesawat JT610 tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin (29/10) pagi dalam keadaan baik. Demikian juga cuaca di lokasi jatuhnya pesawat.

Lion Air sempat menyatakan pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP tersebut sempat mengalami kendala dalam penerbangan pada Ahad (28/10) malam dari Denpasar ke Jakarta. Kendati demikian, mereka menyatakan kendala tersebut telah tertanggulangi.

Sempat beredar buku catatan penerbangan alias log book penerbangan PK-LQP dari Denpasar ke Jakarta tersebut yang menyatakan bahwa sebagian instrumen pencatat kecepatan dan ketinggian tak bisa diandalkan. Meski begitu, pesawat tetap diterbangkan ke Jakarta.

Republika sempat menunjukkan catatan log book yang beredar tersebut kepada Direktur Operasional Lion Air, Captain Daniel Putut pada Senin (29/10) malam. Ia enggan mengiyakan maupun menyangkal isi catatan tersebut.

"Itu semua sudah kita serahkan ke KNKT," ujar Daniel yang ditemui Republika seusai konferensi pers di Crisis Center Lion Air J 610 di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta.

Periksa pilot

Sementara Presiden Direktur Lion Air Grup, Edward Sirait dalam keterangan mengiyakan sempat adanya kendala teknis. "Memang betul, pesawat baru tersebut pernah alami kendala teknis dan itu hal yang biasa," ujar Edward, Senin (29/10).

Ia menerangkan, pesawat itu dibuat pada 2018 dan baru dioperasikan Lion Air sejak 15 Agustus lalu. Pesawat tersebut mengalami kendala saat akan berangkat dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar menuju Bandara Soekarno-Hatta pada Ahad (28/10) malam.

"Saat itu memang ada kendala, tapi berhasil dan selamat pada penerbangannya yang tentunya laik untuk take off," ucap Edward.

Pihak KNKT juga menyatakan sudah memeriksa pilot pesawat Lion Air PK-LQP saat melakukan penerbangan Denpasar-Jakarta. "Kami konfirmasi ke seluruh kru Airnav Indonesia dan penerbang yang melakukan penerbangan dari Denpasar menuju Jakarta sebelum pesawat tersebut kecelakaan ada rute Jakarta ke Pangkal Pinang," kata Investigator Kecelakaan Penerbangan KNKT Ony Suryo Wibowo di Gedung KNKT, Jakarta, kemarin.

Dia menegaskan seluruh data dan keterangan dari pilot dalam penerbangan Denpasar tersebut sudah didapatkan. Selanjutnya, kata dia, keterangan tersebut perlu diverifikasi terlebih dahulu karena sifatnya mashh berupa data verbal. Hanya saja, Ony menegaskan tidak bisa mempublikasikasikan hasil pemeriksaan terhadap pilot tersebut.

"Data tersebut sifatnya rahasia. Sudah kita verifikasi nanti akan kita bandingkan dengan apa yang ada dari kotak hitam," tutur Ony.

Dia menambahkan KNKT memiliki waktu sekitar satu bulan untuk membuat laporan dari investigasi awal terkait kecelakaan tersebut. Ony memastikan untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut, KNKT memiliki waktu selama satu tahun karena harus mengkonfirmasi hasil investigasi dengan data di dalam kotak hitam.

Selain itu, Ony mengatakan KNKT juga mengumpulkan data dari masyarakat yang memiliki pengalaman naik di pesawat Lion Air PK-LQP saat penerbangan Denpasar-Jakarta. "Kami kumpulkan data dari masyarakat tapi setelah itu kami konfirmasi juga ke sumbernya," ujar Ony.

Sejauh ini, menurut Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko, pihaknya juga telah mewawancarai manajemen Lion Air, pihak Angkasa Pura, dan Airnav. "Pertama Lion Air, ada teknik, administrasi, bagian catatan perawatan. Baru sebagian. Kedua dari Airnav karena dia komunikasi dengan segala pesawat. Ketiga dari Angkasa Pura," kata dia di Gedung KNKT, kemarin.

KNKT juga nantinya akan memanggil Manajer Lion Air untuk diperiksa. Ihwal beredarnya informasi log book milik Lion Air yang beredar di media sosial, KNKT sudah menerima informasi tersebut.

KNKT telah mengonfirmasi kepada pilot yang menerbangkan pesawat Lion Air dari Bali ke Jakarta. "Baru konfirmasi informasi, nanti juga ada wawancara tersendiri. Kami baru komunikasi untuk informasi," kata Haryo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement