Selasa 30 Oct 2018 19:35 WIB

Rusdi Kirana: Lion Air Siap Dipenalti Jika Salah

Rusdi meminta hasil audit tak berdasarkan emosi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemilik Lion Air Group, Rusdi Kirana saat memberikan keterangan kepada wartawan di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (30/10) sore.
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Pemilik Lion Air Group, Rusdi Kirana saat memberikan keterangan kepada wartawan di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (30/10) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik Maskapai Lion Air Group Rusdi Kirana menyatakan, pihaknya siap diaudit oleh pihak yang berwenang akibat insiden kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Ia menegaskan, Lion Air Grup juga tidak keberatan dipenalti jika temuan audit menyatakan maskapai bersalah. 

"Kita tidak keberatan jika ada penalti kalau ada hasil temuan yang menurut itu salah," kata Rusdi Kirana kepada wartawan di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta TImur, Selasa (30/10) sore. 

Baca Juga

Meski demikian, karena proses investigasi dan evakuasi bangkai pesawat masih berlangsung, dia tidak ingin terlalu dini berspekulasi. Ia pun menilai bahwa saat ini terlalu awal untuk berbicara siapa yang bersalah dalam kecelakaan tersebut. 

Disatu sisi, Rusdi juga meminta adanya keadilan atas kejadian ini. Kesiapan perusahaan dipenalti bukan berarti minta untuk disalahkan. Sebab, Lion Air Group hingga saat ini telah memiliki 30 ribu lebih karyawan. Dalam sehari, seluruh penerbangan domestik Lion Air Group mengangkut 200 ribu penumpang.

"Kita tidak minta justifikasi (disalahkan) karena emosi. Kita semua harus mengacu kepada aturan dan undang-undang, tidak bisa berdasarkan emosi," ujar dia. 

Lagipula, kata Rusdi, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang mengalami kecelakaan tersebut merupakan keluaran terbaru. Lion Air Group telah memesan 280 unit pesawat dan baru datang sebanyak 11 unit di tahun ini. 

Perusahaan juga belum menentukan langkah ke depan apakah akan menghentikan menunda pembelian atau melanjutkan. Mengingat, Boeing 737 MAX 8 merupakan generasi terakhir sedangkan generasi sebelumnya sudah tidak diproduksi. 

Pesawat keluaran terbaru itu juga membuktikan telah memberikan kenyamanan dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Disisi lain, maskapai Lion Air Group pun telah memperoleh sertifikat dari The IATA Operation Safety Audit (IOSA). 

"Jadi kalau ada masalah yang diperbaiki permasalahannya, karena ini sifatnya transportasi. Tidak ada yang bicara (transportasi) semua perfect," ujar dia. 

Adapun rute penerbangan Cengkareng-Pangkal Pinang dengan kode JT 610 akan tetap ada. Sebab, antara rute dan keselamatan tidak selamanya berkaitan. Rusdi mengatakan, jika JT 610 tidak dibolehkan, maka rute yang lain pun tidak bisa dioperasikan jika menyangkut keamanan. 

Lion Air masih menunggu hasil investigasi dan audit. Apakah penyebab kecelakaan tersebut disebabkan karena kesalahan pilot, pesawat, udara, atau karena adanya human error. Saat ini, kata Rusdi, yang terpenting adalah evakuasi korban serta penanganan keluarga korban yang menunggu kepastian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement