Selasa 30 Oct 2018 13:11 WIB

Psikolog: Perlu Pendampingan Keluarga Korban Lion Air JT 610

Posko pendampingan keluarga korban telah berdiri sejak kemarin di Pangkalpinang.

Sebuah dompet milik korban jatuhnya Lion Air mengambang di perairan Ujung Karawang, Jabar, Selasa (30/10). Lion Air jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Sebuah dompet milik korban jatuhnya Lion Air mengambang di perairan Ujung Karawang, Jabar, Selasa (30/10). Lion Air jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Keluarga korban pesawat Lion Air JT 610 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami syok berat. Keluarga mengalami tekanan psikis karena kehilangan anggota yang terdekat.

"Rata-rata keluarga korban yang didampingi mengalami syok berat," kata Koordinator Posko Himpunan Psikolog Seluruh Indonesia Sumsel Babel, Servasus Samuel, di Pangkalpinang, Selasa (30/10).

Ia mengatakan, saat ini sudah puluhan keluarga korban yang didampingi petugas, untuk memulihkan kondisi kejiwaan anggota keluarga korban yang kehilangan orang tua, istri, suami, anak dan sanak familinya.

"Posko sudah didirikan dari kemarin (Senin) untuk membantu menstabilkan kejiwaan keluarga yang kehilangan orang tua, anak, suami, istri yang sedang hamil yang menjadi korban pesawat jatuh," ujarnya.

Menurut dia, posko ini penting, karena bisa berdampak trauma yang berkepanjangan. Sehingga diperlukan pendampingan untuk memulihkan kejiwaan keluarga korban.

"Kita berharap keluarga korban lebih terbuka, berdialog dan bertukar pikir dengan orang-orang sekitarnya," katanya.

Diharapkan seluruh masyarakat khususnya sanak famili lebih peduli dan berempati kepada keluarga korban pesawat jatuh ini, guna mendukung proses pemulihan mental dan kejiwaan keluarga korban. "Ini tidak hanya tanggung jawab ahli, tetapi seluruh masyarakat untuk memulihkan psikologi dan kejiwaan keluarga korban yang tidak stabil," katanya.

Evakuasi korban

Proses evakuasi terhadap korban jatuhnya Lion Air JT 610 terus dilakukan. Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Polisi Ari Dono Sukmanto di Jakarta, Selasa menyebut dari 24 kantong jenazah yang telah diterima Rumah Sakit Polri Soekanto,Kramat Jati Jakarta Timur, telah ditemukan salah satu jenazah bayi.

"Iya jadi yang saya lihat tadi memang juga ada bayi, dewasa sebagian besar, ada juga material dan sepatu," ujar Komjen Ari.

Komjen Ari menyebut sejumlah 189 korban yang ada di kabin, terdapat 181 itu penumpang yang terdiri atas dua bayi, satu anak-anak dan sisanya dewasa. Ia mengharapkan hasil proses identifikasi korban dapat segera diumumkan.

Komjen Ari mengungkapkan pihaknya masih menunggu semua kantong jenazah yang ada untuk nantinya dipisahkan dan diidentifikasi oleh ahli forensik dengan satu per satu pengelompokan.

Setelah menemukan sisa potongan tubuh lainnya, lanjut Komjen Ari, pihaknya akan membuat berita acara dan dilanjutkan dengan kegiatan penyerahan jenazah.

Sementara ini, tim Disaster Victim Identification/DVI dan para petugas pemeriksaan di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Jakarta Timur masih melakukan identifikasi pada para korban pesawat Lion Air JT-610. Kemudian di luar gedung tersebut, tepatnya di posko Pos Mortem, sejumlah kerabat korban kecelakaan pesawat tersebut masih menunggu kepastian hasil identifikasi.

Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Musyafak mengatakan identifikasi para korban akan difokuskan pada data yang masuk untuk mempersingkat proses. "Kalau misalnya dewasa dan hanya serpihan memang membutuhkan kalau data lengkap antemortem, sampel DNA-nya, baik antem maupun post mortem kita periksa. Saya sampaikan tadi empat-lima hari baru teridentifikasi," ujar Musyafak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement