Senin 29 Oct 2018 18:32 WIB

Lion Air Diduga Jatuh Saat Fase Lepas Landas

Penyebab pasti jatuhnya Lion Air menunggu investigasi KNKT.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Anggota Basarnas bersiaga di kawasan  pantai  Tanjung Pakis, Pakis Jaya, Karawang Jawa Barat, Senin (29/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Anggota Basarnas bersiaga di kawasan pantai Tanjung Pakis, Pakis Jaya, Karawang Jawa Barat, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (Perdospi) mendapatkan info bahwa pesawat Lion Air JT 610 jurusan Jakarta-Pangkalpinang jatuh dalam kondisi take off atau lepas landas. Kecelakaan saat lepas landas menjadi salah satu penyebab kecelakaan terbanyak di dunia penerbangan.

"Perdospi mendapatkan info bahwa penerbangan JT 610 kelihatannya pesawat masih dalam fase take off dan belum mencapai ketinggian untuk sesuai level yang direncanakan," kata Ketua Umum  Perdospi Wawan Mulyawan, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (29/10).

Ia menjelaskan, kecelakaan saat lepas landas memang merupakan penyebab kecelakaan terbanyak kedua selain saat mendarat. Berdasarkan data kecelakaan saat lepas landas, kata dia, umumnya bersifat multifaktorial. Penyebab terbanyak adalah kesalahan teknis.

Kendati demikian, ia menegaskan Perdospi masih menunggu hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait penyebab kecelakaan ini.

Namun walaupun lebih kecil kemungkinannya, ia menduga faktor manusia masih mungkin terjadi. Karena itu, ia menyebut saat ini ada tiga investigator kecelakaan pesawat terbang di KNKT yang merupakan anggota Perdospi yaitu Hidayat, Djunad, dan Herman Muljadi.

"Ketiga para anggota Perdospi yang berada di KNKT tersebut sudah diminta "stand by" oleh KNKT jika sewaktu-waktu harus diberangkatkan ke lokasi kecelakaan untuk menjadi investigator di bidang human factor," katanya.

Ia menambahkan, Perdospi memperhatikan upaya meminimalisir kecelakaan pesawat dari sisi faktor manusia dengan melakukan pemantauan kesehatan para pilot oleh anggota Perdospi di Balai Hatpen. Balai itu adalah Designated Aviation Medical Examiner (DAME), maupun di KKP, bandara-bandara dan maskapai penerbangan. Perdospi merekomendasikan agar setiap maskapai penerbangan memiliki SDM Kedokteran Penerbangan untuk meminimalisir kesalahan manusia dalam kecelakaan penerbangan.

Sebelumnya Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Sindu Rahayu mengatakan, pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkalpinang pada Pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar.

"Pesawat yang membawa 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi dengan dua Pilot dan lima FA sampai saat ini telah hilang kontak selama kurang lebih tiga jam," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement